Sabtu, 03 April 2010

LITURGI (1)

Ini adalah komentar beberapa orang Katholik tentang LITURGI KATHOLIK (khususnya Perayaan Ekaristi atau Misa):
  1. Misa membosankan
  2. Lagu-lagu misa tidak menarik
  3. Khotbah membosankan
  4. Khotbah membuat ngantuk
  5. Lagu-lagunya kuno
  6. Tidak ada inovasi
... dan beribu komentar lainnya.

Karena itu, di banyak gereja muncul eksperimen-eksperimen atau mereka sebut sebagai inovasi atau reformasi atau pembaharuan. Lalu muncul fenomena baru... Misalnya:
  1. Lagu-lagu tidak lagi diambil dari buku-buku resmi seperti Puji Syukur atau Madah Bakti, melainkan dari karya mereka sendiri atau dari lagu-lagu pop rohani atau dari lagu-lagu milik gereja lain (non-Katholik).
  2. Alat-alat musik pun ditambahkan atau diganti: sekarang ada gitar, drum, piano, dan sebagainya.

Kalau kita amati, perubahan menonjol di banyak gereja memang lebih banyak kelihatan pada musiknya... pada lagu-lagu dan berbagai hal yang berhubungan dengan musik liturginya. Niat "baik" mereka pun mirip: ingin menciptakan misa yang meriah, yang hingar bingar, yang "modern", yang lagu-lagunya enak di telinga, yang bisa "menyentuh hati" dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu akhirnya membuat misa tidak lebih sebagai suatu kebaktian biasa... mirip dengan kebaktian-kebaktian yang dilakukan oleh gereja-gereja non-Katholik.

Orang-orang awam terbelah pemikirannya: ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Yang setuju mengatakan: "Ya... Gereja Katholik harus menyesuaikan diri dengan selera umatnya yang makin modern..." Yang tidak setuju berpendapat: "Liturgi adalah sesuatu yang tidak boleh diubah semau-maunya."

Apa yang dapat kita katakan tentang LITURGI KATHOLIK untuk menanggapi komentar itu? Ternyata tidak mudah menjelaskan persoalan ini. Bahkan kita masih sering menjumpai banyak imam atau pastor yang tidak dapat menjelaskan hal ini dengan baik... masih banyak imam atau pastor yang justru mengantar umatnya merayakan liturgi keluar dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam Gereja Katholik.

Namun yang pasti, sudah ada Pedoman Umum Misale Romawi, ada Konstitusi tentang Liturgi, ada dogma-dogma dan pedoman-pedoman lain yang dimiliki Gereja Katholik yang intinya ingin mengatakan bahwa LITURGI dalam GEREJA KATHOLIK bukan merupakan kebaktian biasa... LITURGI KATHOLIK adalah SUMBER DAN PUNCAK KEHIDUPAN GEREJA KATHOLIK. Dalam LITURGI KATHOLIK, yang berpuncak dalam PERAYAAN EKARISTI, Allah hadir...

Karena itu, Perayaan Ekaristi atau Misa adalah PERAYAAN KEHADIRAN ALLAH, bukan sekedar merayakan kehadiran umatNya. Kegiatan-kegiatan dalam liturgi, misalnya memilih dan menyanyikan lagu-lagu iringannya, adalah kegiatan-kegiatan untuk MENYENANGKAN ALLAH dan bukan menyenangkan hati umat. Karena itu, lagu-lagu liturgi harus bersumber dari ALKITAB dan sumber-sumber lain yang diakui Gereja. Warna musik pun harus secara khusus untuk kepentingan liturgi, bukan warna pop, dangdut, atau jazz yang berfungsi sebagai musik hiburan... Karena itu, seharusnya semua memahami bahwa lagu-lagu rohani yang pada umumnya hanya cocok untuk menghibur diri tidak boleh digunakan dalam Perayaan Ekaristi atau Misa.

Dalam Gereja Katholik, musik dan lagu-lagu Gregorian mendapat tempat yang paling tinggi dari semua jenis musik dan lagu. Kata-kata dalam lagu-lagu Gregorian pada umumnya dari Kitab Suci dan musiknya pun diciptakan secara khusus untuk kepentingan liturgi. Ribuan tahun musik itu sudah digunaan dan memang menjadi ciri khas Katholik. Seyogyanya semua paroki di seluruh dunia menaruh perhatian yang besar pada pengembangan musik Gregorian ini. Di bawah itu ada lagu-lagu polifoni kuno, polifoni modern, lagu-lagu inkulturasi dan lain-lain yang memang secara khusus dirancang untuk kepentingan liturgi dan kata-katanya bersumber dari Kitab Suci.

Semua koor di Paroki BMV Katedral Bogor diharapkan untuk memahami, memilih dan menyanyikan lagu-lagu liturgi yang sesuai demi lebih agungnya, lebih semaraknya dan lebih tinggi mutunya liturgi kita. Tuhan membimbing kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar