Senin, 05 Maret 2012

Misa dalam Bahasa Latin dan Lagu-lagu Gregorian di Katedral BMV Bogor

Misa dalam bahasa Latin dan lagu-lagu Gregorian di Katedral BMV Bogor telah dilaksanakan beberapa kali sejak tahun 2010 yang lalu. Pada tahun 2010 ada satu kali misa yaitu pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam; tahun 2011 ada dua kali misa yaitu pada HR. Santa Maria Diangkat ke Surga, dan HR. Kristus Raja Semesta Alam; dan pada tahun 2012 ini direncanakan untuk diadakan sebanyak lima kali misa.

Pada Minggu 4 Maret 2012 yang lalu penyelenggaraan misa seperti itu telah dimulai lagi di Katedral. Misa ini bertepatan dengan Minggu Prapaskah II (Dominica II in Quadragesima). Perayaan Ekaristi dimulai pukul 11.00 dan dipersembahkan oleh Romo Dominiko Savio Tukiyo; sedangkan koor yang mengiringi adalah Koor Exultate. Secara umum perayaan Ekaristi berlangsung dengan lancar.

1 Pembuka G.R. Tibi Dixit

2 Kyrie PS. 339 Kyrie eleison

3 Mazmur Tanggapan G.S. Magna est Gloria eius

4 Bait Pengantar Injil G.S. Miserere nostri, Domine

5 Credo PS. 374 Credo

6 Doa Umat O.M. Domine, miserere

7 Persembahan G.R. Meditabor in Mandatis tuis

8 Prefasi O.M. Dominus Vobiscum

9 Sanctus PS. 385 Sanctus

10 Anamnesis G.R. Mysterium Christi

11 Doxologi O.M. Per ipsum, et cum ipso, et in ipso

12 Pater Noster PS. 403 Pater Noster (2)

13 Pemecahan Roti PS 406 Agnus Dei

14 Komuni 1 G.R. Visionem Quam Vidistis

15 Komuni 2 Teks Attende Domine

16 Madah Syukur L.O. 123 Iesu Nostra Redemptio

17 Pengutusan O.M. Ite, missa es; Deo gratias

18 Penutup PS. 626 Ave Regina Caelorum

Koor Exultate diiringi oleh Mbak Myrna (organis Koor Paroki BMV) dan juga dibantu oleh beberapa rekan dari Koor BMV Paroki. Semoga pengalaman Exultate berguna juga bagi banyak koor lainnya.

Selasa, 12 Juli 2011

ORGANIS GEREJA TAPI NON-KATHOLIK?

Atas munculnya pertanyaan tentang boleh tidaknya atau layak tidaknya seorang organis beragama non-Katholik yang membantu kita dalam perayaan Ekaristi, perkenankan kami mengutip apa yang tertulis dalam buku Pedoman untuk Nyanyian dan Musik dalam Ibadat – Dokumen Universa Laus.

Buku ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Pusat Musik Liturgi (PML) Yogyakarta pada tahun 1987 dengan terjemahan dan komentar-komentar yang ditulis oleh Rm Karl-Edmund Prier SJ.

Dalam bab VI ayat 5 ditulis demikian:

“Bermusik bersama berarti bahwa setiap peserta turut serta dengan sebaik mungkin. Maka tidak dapat dibayangkan bahwa seorang pemain musik yang bukan beragama Kristen Katholik atau yang sudah menjauh dari Gereja sungguh dapat menghasilkan musik ibadat. Ia hanya menyumbangkan bantuan teknis saja tanpa bersatu dengan umat beriman yang sedang beribadat. Begitu pula, umumnya para komponis akan semakin memenuhi kebutuhan ibadat umat bila mereka mengikuti ibadat, mendengarkan Sabda Tuhan serta menjawab kepada-Nya. Dengan demikian mereka sendiri akan semakin merasakan bagaimana umat dapat mengungkapkan.”

Komentar yang ditulis Romo Prier dalam dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

“Pemain musik yang bukan beragama Kristen Katolik: Mudah terjadi bahwa kita minta tolong pada seorang pemain musik dari agama lain untuk memeriahkan ibadat pada hari raya. Kita beruntung karena musik ibadat kita dikagumi; dia pun beruntung karena dapat nama dan barang kali juga rejeki. Namun apakah perlu demikian? Mengapa tidak berani untuk bermusik seadanya saja bila memang tidak ada pemusik yang lihai? Sederhana, namun dengan usaha yang sebaik mungkin, itu bukan bertentangan dengan tuntutan Kitab Suci dan liturgi. Tentu saja mungin bahwa seseorang yang belum dibaptis (katekumen atau calon katekumen?) atas kemauannya sendiri ingin sekali mengungkapkan rasa simpatinya pada Gereja dengan membantu kita dalam pelaksanaan musik ibadat. Bila ia sudah tahu apa tugasnya dan urutan upacara, mengapa harus ditolak? Keanggotaan pada Gereja tidak tergantung dari surat baptis tetapi dari sikap di hati.”

Senin, 04 Juli 2011

Kenalilah Organ Pipa (Orgel)

Diambil dari tulisan Anthonius Bobby @ http://katedral.keuskupan-malang.web.id

Kedudukan dan Fungsi Organ

“Alat Musik dapat menjadi sangat bermanfaat dalam perayaan-perayaan Kudus, entah untuk mengiringi nyanyian, entah untuk dimainkan sendiri sebagai Instrumental Tunggal(IML 62). Organ pipa (ORGEL) hendaknya dijunjung tinggi sebagai ALAT MUSIK TRADISIONAL GEREJA LATIN; suaranya mampu menyemarakkan upacara-upacara ibadat secara mengagumkan, dan dengan mantap mengangkat hati umat ke hadapan ALLAH dan alam Surgawi. (IML 62, KL 120).

Status Organis

“…para organist atau pemain musik lain didalam ibadat bukan hanya semata-mata oranng yang bisa memainkan alat musik. Mereka hendaknya juga mengikuti perayaan liturgi dengan penuh kesadaran, sehingga setiap memainkan alat musiknya secara spontan, mereka memperkaya perayaan kudus selaras dengan hakikat asli masing-masing bagian, dan mendorong partisipasi kaum beriman.” (IML 67)

Seorang Organist memanjatkan doa-doa dan pengantar persembahannya dalam ibadat lewat permainan organnya yang baikLatihan dan persiapannya pun merupakan doa-persiapan untuk merayakan ibadat bersama umat di hadirat ALLAH. Maka, sebaiknya organist adalah seorang beriman yang ikut dalam perayaan liturgi; atau sekurang-kurangnya dapat memahami perayaan liturgi yang bersangkutan.

Mengenal Organ

Organ Pipa / Organ Tabung

Organ Pipa atau yang kita kenal dengan nama Orgel adalah Organ yang suaranya dihasilkan oleh tiupan pada mulut tabung (pipa). Ada 2 macam pipa mulut tabung:

  1. Pipa Labial ( Seruling recorder ), yakni pipa yang ujungnya kosong. Pada pipa labial suara yang dihasilkan oleh getaran udara pada ‘bibir’ pipa ( bahasa latin: labiai )
  2. Pipa Lingual ( Trompette, Fagotte, Brass ), yakni pipa yang ujungnya ( bagian yang ditiup ) dilengkapi dengan ‘lidah’ ( bahasa latin: lingual ). Pada saat pipa ditiup, lidah ini bergetar dan menghasilkan suara yang kemudian diperkeras oleh pipa.

Pipa Labial mempunyai variasi suara yang lebih kaya daripada pipa lingual. Suara pipa lingual lebih keras dan lebih kasar daripada pipa labial. Biasanya, pipa lingual digunakan untuk permainan instrumental solo, dan jarang untuk mengiringi nyanyian umat, kecuali pada kesempatan tertentu, bila semua register yang lain dinilai kurang keras.

Organ Elektronik

Sejak abad XX orang menemukan organ elektronik, yaitu organ yang dihasilkan dari getaran elektronis yang diperkeras melalui amplifier dan Loudspeaker. Banyak orang menganggap bahwa suara organ pipa (Orgel) lebih alami dan menyentuh perasaan peribadatan. Maka gereja-gereja di Eropa yang semula mencoba organ elektronik, sesudah beberapa waktu kembali menggunakan Organ Pipa.

ORGAN YANG COCOK UNTUK GEREJA

Organ untuk Gereja idealnya adalah Organ Pipa. Tetapi, di Indonesia organ pipa hanya terdapat di beberapa tempat ( Misal: Katedral Jakarta, Katedral Bandung, Gereja St. Yusup-Gedangan, Semarang, Katedral Larantuka, Katedral Surabaya => tinggal pipanya saja ). Itupun jarang dipakai karena tidak banyak organis yang terbiasa dengan Organ pipa tersebut. Di Katedral Jakarta lumayan banyak, Bandung juga banyak organis yang bisa mainin organ pipa, Gedangan ada..dari Jogja..Surabaya gak ada. Larantuka ada, dikit..Organ elektronik yang dibuat khusus untuk gereja belum banyak karena pemasarannya tidak mudah, dan harganya mahal. Di DKI Jakarta gereja-gereja kebanyakan sudah mempunyai organ elektronik semacam orgel. Bandung juga, Jogja, Malang ada 2 yang punya, yaitu Katedral Idjen dan Novisiat Frater BHK. Maka kebanyakan organ yang ada di gereja-gereja di Indonesia adalah organ pop, yang sebenarnya berbeda dengan organ gereja. Organ pop memiliki 2 papan-nada ( keyboard ) yang tidak lengkap: a) Keyboard atas f – c”’, keyboard bawah, F – c”; b) tombol-tombol irama otomatis; c) pedal 1 – 1 1/2 oktaf. Sedangkan organ yang cocok untuk gereja memiliki: a) Keyboard lengkap 4 – 5 Oktaf; b) Pedal satu oktaf ( disebut pedal Spanyol ) atau pedal 2 – 2 1/2 oktaf.

Organist


Amatlah disayangkan; banyak sekali organist Gereja..terutama Gereja Katolik kurang mengerti untuk mengiringi lagu-lagu Liturgi Ekaristi. Hanya mungkin sedikit yang mengerti. Dalam hal pembelajarannya mungkin tidak mengambil basic secara klasik misalkan piano, sehingga memainkan organ di gereja sama juga memainkan organ untuk musik sekuler misalnya lagu pop. Kebanyakan lagu-lagu Liturgi dimainkan secara monoton, karena kurang menguasai achord, maupun kelincahan pedal. Haruslah Organist mengerti dan mau belajar untuk lebih serius agar pembawaan Lagu-lagu Liturgi benar-benar bagus dan menyentuh hati umat beriman. Meskipun Koor kurang begitu baik, namun bisa ditutupi dengan kemahiran organist, sehingga suasana Missa Kudus tidaklah hambar dan pada saat umat telah menerima Rahmat perutusan diberikan oleh Imam Pastor, umat bisa pulang dengan hati gembira. Memang benar, permainan organ yang baik dan pemilihan register (warna suara organ) yang tepat bisa membawa hati tenang dan damai bagi umat beriman.

Jumat, 03 Juni 2011

MENINJAU KEMBALI PAGUYUBAN DIRIGEN & ORGANIS PAROKI BMV

Pertemuan rutin Paguyuban Dirigen dan Organis Paroki BMV Katedral Bogor (PDO-BMV) telah memasuki tahun ke tiga. Ada banyak hal yang telah berhasil dibahas dalam pertemuan-pertemuan dan ditindaklanjuti dalam tugas-tugas pelayanan, namun juga ada banyak hal yang belum dapat dituntaskan. Dalam waktu dekat akan dilakukan refleksi dan evaluasi atas keberadaan PDO-BMV oleh Tim Musik Liturgi dari Seksi Liturgi Paroki BMV Katedral Bogor. Beberapa pertanyaan yang mengemuka antara lain:
  1. Apakah PDO-BMV masih dibutuhkan? (Jika tidak, tentu lebih baik dibubarkan saja)
  2. Jika masih dibutuhkan, apa yang seharusnya diperbarui? (Pengelolanya, isi pertemuannya, jadwal pertemuannya, nara sumbernya, aktivitasnya, dll.?)
Sebelum itu, ada baiknya kita membaca sekali lagi latar belakang pembentukan forum ini.

PAGUYUBAN DIRIGEN DAN ORGANIS

Menindaklanjuti acara rekoleksi tanggal 21 Mei 2009, pada Minggu 28 Juni 2009 diadakan pertemuan para dirigen dan organis. Pertemuan dihadiri oleh sekitar 15 orang dirigen dan organis, dipimpin oleh Bapak T. Marhadi dan didampingi oleh RD.D.S. Tukiyo. Dalam pertemuan tersebut Bapak T. Marhadi menjelaskan format kumpulan dirigen (yang diusulkan untuk disebut sebagai “Paguyupan Dirigen Paroki Katedral Bogor”) dengan dibentuk kepengurusan sebagai berikut:

Pelindung : RD Benyamin Sudarto (Pastor Paroki)

Penasihat : RD. D.S. Tukiyo, RD. Alfons Sebatu, RD Y. Monang Damanik

Pendamping : Bp M. Agus Muhardi (Ketua Seksi Liturgi)

Bp. Adrianus J. Wijaya (Sub Seksi Pembinaan)

Koordinator Umum : Thomas A. Sutadi

Koordinator Bidang Materi/Lagu : Antonius Bambang Koryanto

Koordinator Pembinaan/Pelatihan : Tarcisius Marhadi

Maksud dan Tujuan:

Paguyuban dimaksudkan sebagai wadah seluruh dirigen dan organis di Paroki Katedral Bogor, sebagai sarana agar mereka dapat berkomunikasi, menggalang kerja sama, saling membantu dan bertukar pengalaman antar kelompok koor.


Secara rinci, maksud dan tujuan dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Menjadi wadah bertemunya para dirigen di Paroki Katedral secara resmi.
  2. Forum berbagi pengalaman (sharing) dan informasi tentang musik liturgi Gereja.
  3. Sumber bantuan bagi para dirigen dan seksi liturgi (lingkungan, wilayah, paroki, kategorial) yang memerlukan bantuan di bidang teknis musik, musik liturgi, dll.
  4. Wadah untuk berbagi kemampuan yang dapat disumbangkan bagi perkembangan musik liturgi di Paroki Katedral Bogor.

Tugas Pokok Pengurus Paguyuban antara lain:

  1. Pembinaan teknis bagi dirigen, calon dirigen, dan organis.
  2. Pembekalan liturgis bagi dirigen, calon dirigen, organis dan calon organis.
  3. Pembinaan Pemazmur
  4. Bimbingan/pelatihan kepada kelompok koor yang membutuhkan
  5. Membuat bank lagu liturgi
  6. Melaksanakan pertemuan rutin untuk dirigen dan organis

(1 Juli 2009 – Disarikan dari notulen yang disusun oleh Bapak T. Marhadi)


Prinsip dalam Forum Dirigen:

  1. Posisi semua dirigen dalam paguyuban ini adalah setara. Semua memiliki hak dan kewajiban yang sama.
  2. Semua dirigen memiliki komitmen untuk melestarikan musik liturgi Gereja dan mengembangkannya sedemikian rupa selaras dengan kaidah-kaidah liturgi Gereja Katolik.
  3. Paguyuban Dirigen memanfaatkan semua potensi yang ada di kalangan para dirigen. Misalnya, dirigen yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus soal olah vokal dapat membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada dirigen yang lain dalam berlatih olah vokal atau melatih koor berolah vokal; dirigen yang pernah belajar di PML dapat membagikan pengalaman dan pengetahuannya selama menjani pelatihan di PML.
  4. Paguyuban Dirigen dapat mencari sumber belajar di luar Forum Dirigen, misalnya dari Pusat Musik Liturgi (PML) Yogyakarta, Komisi Liturgi KWI, Institut Liturgi Sang Kristus (ILSK) Bandung, para ahli liturgi/musik liturgi dari keuskupan lain, praktisi musik umum, dll.
  5. In pluribus unitas, in omnibus caritas.

Selasa, 01 Maret 2011

PERTEMUAN PDO-BMV 27 FEBRUARI 2011

Pada hari Minggu 27 Februari 2011 diadakan pertemuan Paguyuban Dirigen & Organis se-Paroki Katedral BMV. Pertemuan ini diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan tugas-tugas koor Masa Prapaskah dan Pekan Suci 2011. Ketua Seksi Liturgi, Pastor Paroki, Bapak Marhadi dan Bapak Adrianus Wijaya berkenan hadir dan menyampaikan bahan-bahan yang berguna bagi para praktisi koor, khususnya para dirigen dan organis yang hadir.

Ketua Seksi Liturgi mengemukakan perlunya mengevaluasi tugas-tugas koor sebelumnya agar dapat memperbaikinya tahun ini. Dari berbagai masalah yang masih ada, Ketua Seksi Liturgi berpendapat bahwa para dirigen dan organis perlu memperhatikan dua hal ini: Pemilihan lagu dan Iringan. Para dirigen perlu tetap hati-hati memilih dan menentukan lagu supaya koor maupun dirigen umat di semua misa di wilayah Paroki BMV Katedral Bogor tetap selalu mengedepankan unsur liturgisnya. Beliau menggarisbawahi kebijakan Pastor Paroki bahwa buku Puji Syukur dan Madah Bakti tetap menjadi acuan utama. Lagu-lagu yang bukan berasal dari kedua sumber tersebut dan masih belum diterima sebagai lagu liturgi hendaknya didiskusikan dahulu dengan Tim Musik Liturgi Paroki atau Pastor Paroki. Demikian pula dengan iringan atau organ; para organis perlu menyadari bahwa ketika mereka mengiringi nyanyian dalam liturgi Gereja, mereka juga harus mengikuti aturan-aturan liturgi.

Pastor Paroki, RD Benyamin Sudarto, dalam pengarahannya antara lain juga menggarisbawahi apa yang disampaikan oleh Bapak Ketua Seksi Liturgi. Namun secara khusus beliau menekankan perlunya pemahaman bahwa nyanyian-nyanyian untuk Perayaan Ekaristi haruslah nyanyian-nyanyian liturgis yang bertujuan untuk membantu umat merayakan Ekaristi dengan lebih khusuk, khidmat dan sakral. Nyanyian-nyanyian rohani yang bukan merupakan nyanyian liturgi hendaknya tidak digunakan di dalamnya. Romo Ben menekankan bahwa tugas koor bukanlah untuk show atau menampilkan pertunjukan.

Selain itu, secara khusus Romo Ben menekankan arti pentingnya saat hening selama komuni. Saat komuni adalah saat perjumpaan umat dengan Kristus. Karena itu, hendaknya selama waktu komuni juga disediakan saat hening. Jangan sampai seluruh waktu dipenuhi oleh nyanyian-nyanyian. Lagu-lagu yang dinyanyikan selama komuni pun haruslah nyanyian-nyanyian yang membantu umat untuk berdoa, untuk merasakan kehadiran Kristus dalam dirinya dan untuk mengalami Kristus yang benar-benar merasuk dalam jiwa dan raga umat. Tidak boleh ada show atau pertunjukan selama komuni. Tidak boleh ada lagu-lagu yang terus-menerus menguasai saat-saat komuni. Adalah tugas kita bersama juga untuk mendidik umat agar mereka dapat mengalami perjumpaan dengan Kristus melalui saat-saat hening dan melalui lagu-lagu atau iringan selama waktu komuni.

Bapak Marhadi dari Tim Musik Liturgi subseksi Koor secara gamblang menjelaskan nyanyian-nyanyian yang harus dibawakan selama Masa Prapaskah dan Pekan Suci. Secara umum dapat dirangkum sebagai berikut:
  1. Rabu Abu: ini menjadi hari mulainya masa prapaskah. Berbagai pilihan lagu di Puji Syukur dan Madah Bakti mencirikan SESAL dan TOBAT. Hendaknya semua koor tetap mempersiapkan diri dan dapat membawakan nyanyian-nyanyian dengan khidmat.
  2. Minggu Palma: Ada dua bagian dalam perayaan minggu ini yaitu Upacara Pemberkatan Palma dan Perarakan Yesus memasuki kota Yerusalem dan Perayaan Ekaristi. Lagu-lagu selama pemberkatan palma dan perarakan memasuki gereja dapat bertemakan Kristus Raja. Namun ketika umat sudah memasuki gereja, lagu-lagu Perayaan Ekaristi bukan lagi bertemakan Kristus Raja melainkan lagu-lagu Prapaskah.
  3. Kamis Putih: Lagu-lagu hendaknya bertemakan kasih dan pelayanan sebagaimana Kristus memberikan teladan. Iringan hanya digunakan sampai lagu Kemuliaan. Setelah itu, tidak ada iringan organ. Organ dimainkan lagi pada saat lagu Kemuliaan pada Malam Paskah.
  4. Jumat Agung: Mengenang sengsara dan wafat Tuhan. Perlu disiapkan penyanyi pasio yang baik untuk Cronista dan Sinagoga. Peran Yesus diambil oleh Imam yang bertugas.
  5. Malam Paskah: Para solis perlu menyiapkan diri dengan baik dalam menyanyikan Mazmur Tanggapan dan lagu-lagu lain. Organ dibunyikan sejak Kemuliaan.
  6. Minggu Paskah: Puncak perayaan Ekaristi selama pekan suci. Yang perlu disiapkan secara khusus adalah lagu Victimae Paschali Laudes yang merupakan sekuensi.
Bapak Adrianus pada akhir pertemuan menggarisbawahi perlunya pemahaman yang benar akan tugas dan fungsi dirigen dan organis sehingga semua dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan benar. Pilihan lagu, iringan, sikap dan lain-lain hendaknya dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan umat yang dilayani dan liturgi yang diikuti.

Selain itu ada dalam acara tanya jawab juga muncul persoalan-persoalan. Secara garis besar ada beberapa kesepakatan:
  1. Lagu Bapak kami yang digunakan di Katedral BMV Bogor tetap dari TPE dan Puji Syukur. Jika ada versi lain, akan dikumpulkan teksnya dan akan dipelajari bersama oleh para dirigen dan organis pada saat yang ditentukan kemudian.
  2. Usulan lagu untuk tugas hendaknya dikonsultasikan dengan Pastor Paroki atau Tim Musik Liturgi dari Subseksi Koor. Untuk tugas pekan suci tahun 2011 ini hendaknya usulan itu sudah masuk paling tidak satu bulan sebelum bertugas.
Semoga para dirigen dan organis serta semua koor dapat menjalankan tugas dengan baik. Ad maiorem Dei gloriam.

Rabu, 02 Februari 2011

PERTEMUAN PDO-BMV JANUARI 2011

Menurut rencana, pertemuan Paguyuban Dirigen & Organis Paroki BMV Katedral Bogor pada bulan Januari akan diadakan pada Minggu 30 Januari sesuai jadwal. Namun karena pada hari dan jam yang sama seluruh ruangan digunakan oleh seksi-seksi dalam Dewan Pastoral Paroki, kegiatan pertemuan ini terpaksa dibatalkan. Pengurus PDO-BMV mohon maaf atas kegagalan pertemuan ini, dan kita berharap bahwa ada koordinasi yang baik di antara para seksi dan subseksi di dewan pastoral supaya tabrakan kegiatan dan penggunaan ruangan dapat dihindarkan.

Selasa, 14 Desember 2010

PERTEMUAN PDO-BMV NOVEMBER 2010

Pada hari Minggu 28 November 2010 diadakan pertemuan Paguyuban Dirigen dan Organis Paroki BMV Katedral Bogor. Pertemuan rutin ini diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan para dirigen dan organis untuk tugas-tugas selama masa Adven dan Natal. Para peserta yang hadir lebih banyak melakukan sharing, mengajukan pertanyaan dan saran.

Ada beberapa hal yang perlu dicatat:
1. Para dirigen dan organis harus mempersiapkan diri dan koornya untuk tugas-tugas di dalam misa. Tugas di gereja tidak boleh menjadi semacam "latihan" belaka. Latihan dilakukan di luar liturgi. Apabila para dirigen dan organis belum yakin akan suatu pilihan lagu, pembawaan lagu, tata cara liturgi dan lain-lain, hendaknya yang bersangkutan berkonsultasi dengan seksi liturgi dan atau pastor yang bertugas. Seksi liturgi diminta menyiapkan teks-teks resmi Gereja tentang musik liturgi supaya para dirigen dan organis menjadi yakin akan tugas, kedudukan dan fungsi nyanyian liturgi serta tugas dan fungsinya sebagai dirigen maupun organis.

2. Mengingat pada tahun depan akan diadakan lagi misa dalam bahasa Latin dengan lagu-lagu gregorian, para dirigen dan organis juga perlu belajar. Seksi liturgi diminta mengadakan semacam pelatihan khusus lagu-lagu gregorian, serta menyediakan teks-teks lagu yang nantinya akan digunakan oleh petugas koor.

Pertemuan rutin bulan ini rupanya kurang diminati oleh para dirigen dan organis... Barangkali mereka berhalangan karena ada acara lain yang mendesak. Yang dapat hadir dalam pertemuan ini antara lain wakil-wakil dari Exultate, Koor BMV, Koor Mahasiswa IPB, Aeternum, St Caecilia, Wilayah Bogor Utara, Wanita Katholik, Dirigen Umat (Sdr Rina dan Bp Ludovikus), Lingkungan BSI, Lingkungan St Theresia dan lain-lain.