Selasa, 14 Desember 2010

PERTEMUAN PDO-BMV NOVEMBER 2010

Pada hari Minggu 28 November 2010 diadakan pertemuan Paguyuban Dirigen dan Organis Paroki BMV Katedral Bogor. Pertemuan rutin ini diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan para dirigen dan organis untuk tugas-tugas selama masa Adven dan Natal. Para peserta yang hadir lebih banyak melakukan sharing, mengajukan pertanyaan dan saran.

Ada beberapa hal yang perlu dicatat:
1. Para dirigen dan organis harus mempersiapkan diri dan koornya untuk tugas-tugas di dalam misa. Tugas di gereja tidak boleh menjadi semacam "latihan" belaka. Latihan dilakukan di luar liturgi. Apabila para dirigen dan organis belum yakin akan suatu pilihan lagu, pembawaan lagu, tata cara liturgi dan lain-lain, hendaknya yang bersangkutan berkonsultasi dengan seksi liturgi dan atau pastor yang bertugas. Seksi liturgi diminta menyiapkan teks-teks resmi Gereja tentang musik liturgi supaya para dirigen dan organis menjadi yakin akan tugas, kedudukan dan fungsi nyanyian liturgi serta tugas dan fungsinya sebagai dirigen maupun organis.

2. Mengingat pada tahun depan akan diadakan lagi misa dalam bahasa Latin dengan lagu-lagu gregorian, para dirigen dan organis juga perlu belajar. Seksi liturgi diminta mengadakan semacam pelatihan khusus lagu-lagu gregorian, serta menyediakan teks-teks lagu yang nantinya akan digunakan oleh petugas koor.

Pertemuan rutin bulan ini rupanya kurang diminati oleh para dirigen dan organis... Barangkali mereka berhalangan karena ada acara lain yang mendesak. Yang dapat hadir dalam pertemuan ini antara lain wakil-wakil dari Exultate, Koor BMV, Koor Mahasiswa IPB, Aeternum, St Caecilia, Wilayah Bogor Utara, Wanita Katholik, Dirigen Umat (Sdr Rina dan Bp Ludovikus), Lingkungan BSI, Lingkungan St Theresia dan lain-lain.

Senin, 22 November 2010

MISA BERBAHASA LATIN DENGAN LAGU-LAGU GREGORIAN DI KATEDRAL BMV BOGOR

Untuk pertama kalinya setelah hampir sekitar 45 tahun, diadakan misa dalam bahasa Latin dengan lagu-lagu gregorian di Katedral BMV Bogor pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, Minggu 21 November 2010 pukul 11.00-12.40. Misa dipersembahkan oleh RD Alfons Sebatu (menggantikan RD Yohanes Driyanto yang berhalangan karena ayahandanya meninggal dunia beberapa hari yang lalu). Koor yang bertugas adalah Koor BMV (koor paroki) Katedral Bogor dengan dirigen Bapak Tarcisius Marhadi dan organis Saudari Myrna Mihardja. Misa berlangsung lancar. Untuk umat disediakan teks misa dan terjemahannya. Karena ini pengalaman pertama, untuk beberapa bagian, koor (apalagi umat) memang belum dapat dengan lancar menyanyikan lagu-lagu proprium...

Ide untuk menyelenggarakan misa ini sebenarnya sudah lama... bertahun-tahun, namun karena banyak yang masih ragu-ragu, ide ini baru bisa dilaksanakan sekarang. Seksi Liturgi Paroki BMV Katedral di bawah arahan Pastor Paroki dan bantuan beberapa pastor di Seminari akhirnya dapat mewujudkan ide ini dengan niat yang baik, yaitu untuk merayakan sebuah Ekaristi yang agung, meriah dan khusuk sesuai pedoman Gereja Katholik Roma. Lewat perayaan ini Seksi Liturgi mengajak umat untuk belajar dan menyadari keagungan tradisi liturgi Gereja yang bertahan dua ribu tahun ini. Memang, selalu saja ada suara-suara sumbang dari sebagian orang... tetapi mungkin hal itu karena ketidaktahuan atau kesombongan sebagian kecil umat, namun secara umum umat di Paroki Katedral Bogor menyambut baik gagasan ini.

Dalam misa kemarin, sesuai kalender liturgi, kita merayakan Kristus Raja Semesta Alam. Lagu-lagu yang dinyanyikan antara lain: Dignus est Agnus, Dominabitur, Potestas Eius, Postula, dan Sedebit. Untuk ordinarium kita gunakan misa de Angelis (Misa VIII). Sebagai lagu penutup kita gunakan lagu Christus Vincit (refrennya bukan lagu gregorian, tetapi ayat-ayatnya khas gregorian).

Semoga apa yang telah dimulai ini dapat dilanjutkan pada kesempatan-kesempatan lain. Mengingat sulitnya lagu-lagu (terutama proprium), untuk saat ini tentu tidak mungkin menyelenggarakan misa dalam bahasa Latin dengan lagu-lagu gregorian setiap minggu atau setiap bulan... Seksi Liturgi Paroki BMV Katedral Bogor dan Pastor Paroki akan merancang penyelenggaraan misa seperti ini sesuai kemampuan umat dan koor-koor yang akan bertugas.

Jumat, 05 November 2010

Bagi teman-teman anggota PDO-BMV dan para Romo yang tertarik untuk *misa berbahasa latin*, Anda bisa menggunakan salah satu Tata Perayaan Ekaristi berikut:

1. Ordo Misae 2002 (Misa Paulus VI) edisi terakhir oleh YP-II
http://bukumisa. co.cc/orandi/ ordo-misae- 2002/
http://katolik. online.tripod. com/Ordo_ misa_2002. pdf
nb: ini adalah bahan baku pembuatan TPE 2005 (TPE Indonesia)

2. Ordo Misae 1962 (Misa Tridentine, Pius V) edisi terakhir oleh Yoh. XXIII
http://bukumisa. co.cc/orandi/ ordo-misae- 1962/
http://katolik. online.tripod. com/Ordo_ misa_1962. pdf

Kalau ingin belajar misa tridentin lebih lanjut, DVD bisa dipesan di
situs http://bukumisa. co.cc/orandi/ training- tridentine/ (free untuk
romo2 yang berminat)

"Melalui Liturgi, Kristus Penebus dan Imam Agung kita melanjutkan karya
penebusan-Nya di dalam Gereja-Nya, bersama dia dan oleh dia." (KGK 1069)

PERSIAPAN MISA DALAM BHS LATIN NOVEMBER 2010

Seksi Liturgi Paroki BMV Katedral Bogor berencana menyelenggarakan misa dalam bahasa Latin dengan lagu-lagu gregorian berbahasa Latin pada tanggal 21 November 2010 pukul 11.00 bertepatan dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam (Tahun C). Rencana ini sudah disetujui oleh Pastor Paroki dan saat ini tim kecil sedang bekerja untuk mempersiapkan semuanya. Tim ini dibimbing oleh RD Jatmiko, Rektor Seminari Menengah Stella Maris Bogor. Romo Rektor dipilih tim ini sebagai pembimbing karena beliau punya pengalaman menyelenggarakan misa berbahasa Latin bersama para seminaris setiap Rabu di Kapel Seminari. Untuk petugas koor, Seksi Liturgi telah menunjuk Koor BMV Paroki Katedral. Koor yang dilatih oleh Bapak Tarcisius Marhadi ini telah menyampaikan kesanggupannya dan telah mulai berlatih sejak Sabtu 30 Oktober yang lalu.

Rencana penyelenggaraan misa dalam bahasa Latin dengan nyanyian gregorian ini dimaksudkan untuk membantu umat merayakan Ekaristi dalam kesatuan dengan Gereja universal. Bahasa Latin telah dipilih oleh Gereja sebagai bahasa kesatuan, bahasa bersama dalam perayaan-perayaan Ekaristi. Demikian pula nyanyian-nyanyian Gregorian telah dipilih sebagai nyanyian-nyanyian liturgis yang resmi. Dengan menggunakan kedua unsur itu, kita ingin mengalami sebuah perayaan Ekaristi yang khas Katholik Roma. Kita juga ingin memperkenalkan apa yang baik dan luhur dalam Gereja Katholik Roma ini kepada sebagian besar umat dan lebih-lebih pada generasi muda dan anak-anak. Semoga rencana ini dapat terlaksana dengan baik.

PERTEMUAN PD0-BMV OKTOBER 2010

Minggu 31 Oktober 2010 yang lalu diadakan pertemuan Paguyuban Dirigen dan Organis Paroki BMV Katedral Bogor di Ruang Seksi Gedung Paroki. Pertemuan ini hanya dihadiri oleh sekitar 11 orang dan dihadiri oleh Wakil Ketua dan Sekretaris Dewan Pastoral Paroki. Pertemuan yang bertema "Mempersiapkan nyanyian-nyanyian Masa Adven" ini dipandu oleh Bapak Tarcisius Marhadi.

Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi sehubungan dengan Liturgi Masa Adven:
  1. Masa Adven ditandai oleh suasana pengharapan dan kerinduan akan datangnya Sang Juruselamat. Kedatangan itu bisa kedatangan yang kita peringati dalam peristiwa Natal, dan kedatangan Tuhan di akhir jaman. Pengharapan dan kerinduan biasanya ditandai dengan keriangan, perasaan penuh harap dan antusiasme atau semangat. Karena itu, lagu-lagu masa Adven seharusnya lagu-lagu yang menunjukkan optimisme, semangat dan keriangan... sebuah suasana rindu untuk bertemu Tuhan. Menjadi kurang tepat bila lagu-lagu ibadat adalah lagu-lagu yang sedih, sendu dan tidak berpengharapan.
  2. Di buku-buku nyanyian seperti Puji Syukur dan Madah Bakti telah tersedia banyak lagu pilihan untuk Masa Adven. Semuanya liturgis. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita membawakan lagu-lagu tersebut secara benar sehingga menampakkan pengharapan, keceriaan dan kerinduan... Para dirigen harus dapat menciptakan suasana latihan yang menarik sehingga anggota paduan suara dapat menyanyi sesuai sifat khas lagu yang berpengharapan.
  3. Ada kenyataan bahwa banyak koor atau petugas liturgi yang kurang mempersiapkan Pemazmur dengan baik. Masih ada pemazmur yang sebenarnya belum layak menyanyikan mazmur di mimbar sabda. Para dirigen harus melatih para pemazmurnya agar dapat tampil dengan baik.
Dalam kesempatan pertemuan ini Bapak T. Marhadi melatih peserta untuk menyanyikan Mazmur Tanggapan masa Adven dengan baik. Peserta tampak antusias dan menggunakan kesempatan singkat ini untuk berlatih menyanyikan Mazmur Tanggapan.

Selasa, 21 September 2010

KONSER PADUAN SUARA EXULTATE IUSTI IN DOMINO 2010 (Jakarta)

Konser Syukur 3D (Tri Dasawarsa) P.S. Exsultate Justi In Domino Katedral Jakarta
"Power Of The Dream"

menampilkan

P.S. Exsultate Justi In Domino Katedral Jakarta
P.S. SD Katolik St. Mikael Kemayoran
Vocal Group dan Akustik PSKD Mandiri High School Menteng
P.S. SMK Katolik Strada I Gunung Sahari

Pengaba - Gregorio Victor Leo Oendoen

Pengiring - Adik Christians Hartono

Sabtu, 2 Oktober 2010
19.30 - selesai
Katedral St. Maria Diangkat ke Surga Jakarta



Konser Syukur Tri Dasawarsa "Power Of The Dream" adalah puncak dari rangkaian
acara ujud syukur 30 Tahun berdirinya Paduan Suara Exsultate Justi In Domino -
Katedral Jakarta.

Rangkaian ini diawali dengan Bakti Sosial Pendidikan Musik ke SD Katolik Melania
pada bulan Desember 2009, kemudian berlanjut dengan Workshop Vocal dan
Conducting pada bulan Februari di Katedral Jakarta yang diasuh oleh Joseph
Kristanto Pantioso (baritonist, Pendiri Sekolah Musik Musicasa) dan Rm. Antonius
Soetanta S.J. (Pengaba, Komposer, Organis, Pengarah Artistik P.S.A. Ascencio)
dengan melibatkan berbagai kelompok dan penggiat paduan suara di paroki Katedral
Jakarta. Acara ketiga, yang juga dilaksanakan di Katedral Jakarta pada bulan
Februari, berupa Seminar Paduan Suara dan Pendidikan Musik Usia Dini dengan
narasumber Paulus Wangga (Pengarah Artistik Hati Suci Children Choir) dan
Pancasona Aji (Pendidik Musik dan Pengarah Artistik PSM Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta). Selain melibatkan sekolah-sekolah Katolik yang memiliki
ekstrakurikuler Paduan Suara, seminar ini pun dihadiri oleh para pendidik musik
sekolah tersebut.

Pada Konser Syukur kali ini Paduan Suara Exsultate Justi In Domino - Katedral
Jakarta tidak akan tampil sendiri. Untuk mewujudkan benang merah rangakaian ujud
syukur 30 Tahun ini, yaitu Paduan Suara dan Pendidikan, P.S. EJID menggandeng
kegiatan ekstrakurikuler berbasis paduan suara dari beberapa sekolah, yaitu P.S.
SD St. Mikael Kemayoran, Ansambel Musik PSKD Mandiri Menteng, dan P.S. SMK
Strada 1 Gunung Sahari. Ketiga kelompok tersebut, yang untuk penampilan kali ini
mendapat bimbingan langsung dari P.S. EJID, akan membawakan beberapa komposisi
populer yang telah diaransemen untuk Paduan Suara, seperti I Will Follow Him,
Sol Fa Calypso, Rebana, dll.

Secara khusus pada konser kali ini P.S. EJID dipercaya sebagai P.S. pertama yang
membawakan Cantate Domino gubahan komposer kontemporer asal Brasil, Fabio Solda.
Selain karya Solda yang lain, Te Deum, P.S. EJID pada konser kali ini juga akan
menampilkan beberapa karya John Rutter dan As A Hart Pants, oratorio kecil
gubahan komposer abad Romantik, Felix Mendellsohn-Bartholdy.

Bersama Konser Syukur Tri Dasawarsa "Power Of The Dream" P.S. EJID mengundang
kita semua untuk dapat merefleksikan dan menumbuhkembangkan kecintaan terhadap
dunia paduan suara, terutama melalui wahana gereja dan pendidikan.

Salam.
Bene Cantat Bis Orat.
Ad Maiorem Dei Gloriam.

Tiket Masuk GRATIS (dengan pemesanan)
Hubungi:
Ari ~ 0817-6953317
JC ~ 0818-08074641
Nindy ~ 0813-11308855



melvin manuel
jl. perwira no 99
darmaga bogor
0857-5984-4658

Jumat, 03 September 2010

REKOLEKSI SEKSI LITURGI PAROKI, LINGKUNGAN DAN WILAYAH + PRODIAKON

Sesuai rencana, pada Minggu 29 Agustus 2010 yang lalu diadakan rekoleksi khusus bagi para pengurus seksi liturgi lingkungan, wilayah dan paroki plus para prodiakon. Rekoleksi diadakan di kompleks Sekolah Marsudirini Telaga Kahuripan Parung, mulai pukul 8.30 hingga 16.30. Rekoleksi dibagi dalam dua sesi: sesi pertama dengan tema Ecclesia de Eucharitia bersama pembimbing RD. Benyamin Sudarto, dan sesi kedua dengan tema Ekaristi dari segi Hukum Gereja.

Sakramen Ekaristi
Ada banyak keprihatinan dalam ber-ekaristi: adanya sikap-sikap yang tidak pantas, sikap kurang persiapan batin, prasarana yang kurang berfungsi dengan benar dan lain-lain. Persoalan yang mendasar terletak pada kurangnya pemahaman umat akan Ekaristi. Maka jalan keluarnya adalah dengan adanya rekatekisasi tentang Ekaristi. Ini pun akan menghadapi kendala, yaitu adanya kesombongan rohani, sikap meremehkan, sok tahu, tidak mau belajar; intinya: orang tidak mau berubah...
Mengutip ajaran Ecclesia de Eucharistia, ada beberapa pokok yang perlu kita dalami:
  1. Kapan Ekaristi lahir?
  2. Dalam Ekaristi kurban salib Kristus senantiasa dihadirkan: Kristus yang sama, satu untuk selamanya; Tubuh-Nya sebagai santapan; Darah-Nya sebagai minuman; yang diulang adalah perayaan peringatan atau penghadiran peringatannya.
  3. Kristus mempersembahkan diri kepada Bapa; Kita mempersembahkan diri kepada Allah bersama persembahan Kristus di Salib. Ekaristi menjadi kebutuhan; sikap yang baik: Ya Tuhanku dan Allahku.
  4. Anamnese
  5. Ekaristi merupakan praecentia realis; terjadi transubstansi.
  6. Ekaristi menjadi daya penyelamatan.
  7. Lewat persatuan kita dengan tubuh dan darah-Nya, Kristus juga mencurahkan Roh-Nya.
  8. Ekaristi mengarah ke visi eskatologis
  9. Ekaristi merupakan secercah penampakan surga di atas bumi.
  10. Konsekuensi: mengemban perutusan membangun duni menjadi lebih manusiawi dan sesuai dengan rencana Allah, yaitu cinta yang terwujud nyata dalam hidup sehari-hari.
  11. Gereja terpangil untuk mempertahankan dan meningkatkan persekutuan dengn Allah dan sesama.
  12. Ekaristi: mengandaikan sudah ada persekutuan yang ingin dikukuhkan dan disempurnakan.
  13. Perlu persiapan diri dengan Sakramen Rekonsiliasi.
  14. Ekaristi dan pengakuan dosa sangat erat berhubungan.
  15. Perlu sikap batin yang pantas.
Ekaristi dan Hukum Gereja
Pada sesi kedua, RD Yohanes Driyanto memberikan wawasan tentang liturgi dan ekaristi dari sudut pandang Hukum Gereja.

Pilar Gereja Katholik:
Kitab Suci
Kitab Hukum Kanonik
Dokumen Konsili Vatikan II
Liturgi

Gereja memiliki tugas: mengajar, menguduskan (lewat liturgi) dan memerintah.
Lewat liturgi Kristus menguduskan umat-Nya melalui Gereja.
Liturgi Gereja Katolik tidak sekedar sebagai kebaktian. Liturgi, khususnya Liturgi Ekaristi, adalah pusat kehidupan Gereja Katholik; ia merupakan puncak dan sumber kehidupan; ia merupakan perayaan dan sekaligus sacramentum unitatis.

Selasa, 10 Agustus 2010

MUSIK LITURGI

Oleh: Romo Bernardus Boli Ujan SVD
(Diambil dari Katolisitas.org)

Pengantar

Berbicara tentang musik-liturgis, kita ingat akan nama-nama lain yang juga sering kita dengar seperti: musik-gereja, musik-rohani, musik-suci. Dalam rangka mengerti kekhasan musik liturgi baiklah lebih dahulu kita memahami arti dari istilah-istilah lain itu dan hubungannya dengan musik-liturgis.

Jenis Musik

“Musik-gereja” atau musica eccelsiastica adalah istilah yang digunakan oleh para pengikut Kristus atau Gereja ketika persekutuan beriman ini menyadari kekahasannya dalam mengekspresikan iman lewat musik terutama dalam ibadat atau liturgi. Istilah ini mengacu pada tatanan bunyi dengan melodi tertentu tanpa teks atau sesuai dengan bentuk teks yang mengungkapkan baik isi hati umat beriman maupun ajaran dan iman Gereja. Musik ini dapat dihasilkan dengan bantuan alat/instrumen atau/dan dengan suara penyanyi. Karena mengungkapkan iman yang diajarkan dan dihayati oleh umat beriman maka musik Gereja memiliki kekhasan dibandingkan dengan musik dari umat yang beragama lain meskipun dipengaruhi juga oleh musik agama lain misalnya dari musik orang Yahudi. Musik gereja pada umumnya adalah salah satu bentuk dari musik-religus atau musik-rohani.

Yang dimaksudkan dengan “musik-religius” (musica religiosa) atau “musik-rohani” adalah musik yang mengungkapkan atau mengandung tema-tema rohani. Musik atau lagu rohani ini dimiliki umat agama manapun. Bahkan ada tema musik-rohani yang umum diterima oleh umat manapun karena bersifat universal. Baik melodi maupun teksnya mengungkapkan pengalaman rohani yang diterima oleh orang beriman dari berbagai agama. Ketika suatu musik/lagu rohani mengungkapkan pengalaman khusus dari umat agama tertentu, maka ia menjadi musik/lagu yang khas misalnya lagu-rohani khas Yahudi atau khas Hindu dan Budha atau khas Kristen dan Islam. Musik-rohani itu jadi khas Kristiani bila mengungkapkan keyakinan iman akan Kristus Tuhan dan Penyelamat atau akan Tritunggal Mahakudus serta pokok iman lain yang diyakini orang Kristiani. Itulah yang kita namakan secara umum musik-gereja. Di dalam lingkup Gereja sendiri, musik-rohani dalam arti sempit berarti segala macam musik/lagu yang mengungkapkan pengalaman rohani khas Gereja tetapi tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam perayaan-perayaan liturgis.

Ada juga istilah “musik-suci” (musica sacra) yang pernah dipakai oleh Gereja Katolik dalam arti segala macam musik-rohani atau musik-gereja yang digubah khusus untuk ibadat atau perayaan-perayaan liturgis. Kini istilah yang lebih populer adalah “musik-liturgis”. Karena itu sekedar untuk membedakan musik-suci dari musik-liturgis, menurut Gelineau (Voices and Instruments in Christian Worship: Principles, Laws, Applications, Collegeville: The Liturgical Press, 1964) musik-suci dalam arti tertentu mengacu pada semua macam musik yang inspirasinya atau maksud dan tujuan serta cara membawakannya mempunyai hubungan dengan iman Gereja. Lalu apa itu musik-liturgis dan ciri-cirinya?

Ciri-ciri Musik Liturgis

“Musik-liturgis” (khususnya melodi yg dihasilkan oleh alat-alat musik) dan “nyanyian-liturgis” (khususnya teks atau tindakan liturgis yang diberi melodi), dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah (karya agung Allah yang menyelamatkan) dan tanggapan manusia beriman (syukur-pujian, sembah-sujud, dan permohonan).

Kita menggunakan istilah “musik-liturgis” dan bukan “musik dalam liturgi” karena dengan “musik-liturgis” mau digarisbawahi pandangan Gereja tentang musik sebagai bagian utuh dari perayaan liturgi dan bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgis seakan-akan suatu barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di tengah perayaan liturgi.

Sebagai bagian utuh dari liturgi, musik-liturgi itu merupakan doa dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan tontonan. Memang musik-liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-persyaratan seni musik/nyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik-liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan musik atau nyanyian-liturgis sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik (budi, perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dll). Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud-tujuan musik/nyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Ini memang cocok dengan hakekat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang melibatkan banyak orang demi kepentingan umum (kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri). Oleh karena itu Gereja mewarisi pandangan bahwa orang yang menyanyi dengan baik sebenarnya berdoa dua kali (si bene cantat bis orat). Sekali lagi, nilai yang tinggi itu tercapai kalau ada kurban dengan meninggalkan diri sendiri dan bersatu dengan yang lain dalam menyanyi atau bermusik demi kepentingan bersama.

Seni Musik Liturgis

Musik-liturgis sebagai karya seni (bukan tontonan atau pertunjukan) sebenarnya membantu kita semua sebagai peraya untuk mengarahkan seluruh diri kepada inti misteri yang dirayakan dalam liturgi yaitu kepada Tuhan sendiri sebagai sumber segala karya seni. Oleh karena itu cara-cara yang mengalihkan perhatian kita kepada hal lain atau kepada tokoh tertentu perlu diwaspadai. Bisa saja kita memilih seorang artis sebagai pemazmur atau penyanyi solo tetapi ketika ia menjalankan tugasnya tidak boleh ditonjolkan keartisannya, tetapi “fungsi liturgisnya”. Memberikan aplaus kepada si pemazmur atau solist karena suaranya yang bagus lebih merupakan bagian dari suatu acara panggung pertunjukan. Demikian juga pembawa homili yang memilih dan membawakan lagu yang sedang populer di tengah atau di akhir homili (karena ada kaitan dengan tema homili) yang langsung ditanggapi oleh umat dengan tepuk tangan meriah, perlu dipertimbangkan apakah hal seperti itu punya fungsi atau makna liturgis. Padahal ketika imam menyanyikan Prefasi atau Kisah Institusi dalam Doa Syukur Agung dengan suara yang bagus tidak diberi aplaus.

Pertimbangan yang sama dapat kita pakai untuk menilai kebiasaan koor menyanyikan semua lagu selama perayaan liturgis. Sebetulnya koor dengan dirigen yang bagus sungguh berfungsi liturgis kalau dapat membantu semua peraya yang lain untuk menyanyi bersama dengan lebih baik seperti atau mendekati cara koor menyanyi. Kalau dari awal sampai akhir semua nyanyian dibawakan hanya oleh koor, meskipun semuanya sangat mempesona, sebetulnya telah mengurangkan maknanya sebagai musik/nyanyian liturgis. Perlu ada suatu pembagian yang lebih seimbang dalam hal ini.

Proses Menjadi Musik Liturgis

Menerima musik-liturgis sebagai doa liturgis menuntut pula kesediaan setiap peraya atau kelompok peraya untuk menerima musik atau nyanyian yang sudah disepakati oleh Gereja untuk dipakai di dalam perayaan-perayaan liturgi. Musik/nyanyian yang ada di dalam buku-buku nyanyian yang diterbitkan dengan nihil obstat dan imprimatur pimpinan Gereja, dipandang sebagai musik-liturgis. Tentu melewati proses seleksi yang dibuat oleh orang-orang yang punya kemampuan dalam bidangnya hingga mendapat persetujuan dari pimpinan Gereja. Kesempatan terbuka bagi para komponis untuk mencipta lagu-lagu bagu yang lebih sesuai dengan rasa seni musik orang setempat, namun untuk dipakai sebagai musik/nyanyian liturgis perlu menempuh prosedur seleksi hingga mendapat pesetujuan resmi untuk dipakai dalam perayaan liturgi. Patut kita puji inisitip-inisitip untuk mencipta dan menemukan lagu-lagu baru yang lebih seusai dengan budaya setempat dan kebutuhan liturgis, misalanya dalam misa dengan “lagu-lagu alternatif”. Akan tetapi perlu kita waspadai kecenderungan menggunakan nyanyian-nyanyian baru itu tanpa peduli pada proses untuk “menjadi milik besama” dari Gereja, apalagi kalau yang jadi patokan utama adalah rasa suka, tertarik, tersentuh tanpa mengindahkan persyaratan liturgis.

Kadang terjadi bahwa kita memilih musik/nyanyian tertentu untuk perayaan liturgi karena sudah bosan dengan yang lama padahal yang baru itu belum tentu memenuhi persyaratan liturgis. Ini tantangan buat kita: merasa bosan dengan musik/nyanyian liturgis karena terus menerus menyanyikan yang sama (lama) atau merasa tidak tertarik, tidak suka, tidak tersentuh, tidak tergerak. Kita cendrung tersentuh dengan yang baru. Maka serta merta kita mencari dan membawakan musik/nyanyian baru dalam liturgi, tetapi tanpa pertimbangan atau seleksi. Dengan demikian dapat terjadi bahwa kita menggunakan musik/nyanyian yang sebenarnya tidak memenuhi persyaratan untuk perayaan liturgis.

Jadi bukan soal utama suka atau tidak suka, menarik atau tidak menarik, menyentuh atau tidak menyentuh, baru atau lama tetapi apakah telah menjadi “milik bersama” dari Gereja karena disepakati sebagai musik/nyanyian liturgis. Sebuah nyanyian atau musik diterima sebagai “milik bersama” bukan hanya karena telah dimasukkan ke dalam buku nyanyian resmi tetapi juga karena dilatih bersama, dinyanyikan bersama dan dipahami serta dihayati bersama maknanya dalam perayaan.

Musik-liturgis diterima atau diakui oleh Gereja sebagai miliknya, milik persekutuan demi kepentingan bersama (dikenal tradisi untuk tidak menulis si komponisnya dalam buku-buku resmi nyanyian-liturgis, tetapi nama mereka ditulis dalam catatan sejarah penyusunan buku). Perlu ada proses menjadikan musik-liturgis itu sebagai milik bersama. Dalam proses ini Gereja melihat betapa pelunya membuat latihan untuk menguasai dan menghayati musik/nyanyian bersama sebagai nyanyian dari hati, nayanyian yang mempengaruhi seluruh pribadi peraya. Jadi ada proses meninggalkan diri sendiri (rasa dan keinginan pribadi atu kelompok khusus) lalu menerima yang umum dan menjadikannya bagian atau milik pribadi demi kepentingan umum. Ini sebuah proses yang tidak gampang, karena yang menjadi tantangan adalah kecenderungan untuk mengutamakan rasa atau keinginan pribadi/kelompok khusus. Aspek personalnya lebih nampak dari pada aspek liturgis (yang umum). Kepentingan pribadi lebih menonjol dari pada kepentingan umum.

Untuk memenuhi persyaratan sebagai bagian utuh dari liturgi, musik-liturgi juga mesti berfungsi liturgis dalam arti baik teks maupun lagunya sesuai dengan unsur atau tindak liturgis dalam keseluruhan tata perayaan liturgis. Maka kita dapati nyanyian yang cocok untuk liturgi pembaptisan tetapi tidak sesuai untuk liturgi pernikahan. Nyanyian-liturgis untuk Ekaristi juga mesti sesuai dengan teks liturgi Ekaristi dan tindakan liturgis dalam unsur-unsur atau bagian-bagian tertentu dari liturgi Ekaristi. Sebuah lagu pembuka tentu tidak cocok untuk kesempatan seruan “kudus-kudus”, meskipun dari sudut kebenaran teks dan keindahan lagu tak ada cacat. Dalam hal ini tempat liturgis lagu pembuka itu tidak cocok atau nyanyian itu tidak mempunyai fungsi liturgis karena dinyanyikan pada saat “kudus kudus”.

Memilih Musik Liturgis

Perlu diketahui juga teks-teks liturgis mana saja yang dapat dinyanyikan (khususnya dalam liturgi Ekaristi). Ada teks-teks baku-tetap (antara lain Tuhan Kasihanilah Kami, Kemuliaan, Aku Percaya, Kudus-Kudus, Bapa Kami, Anak Domba Allah). Nyanyian ini disebut ordinarium. Ada juga teks-teks yang dapat berubah atau bervarisi rumusannya sesuai dengan perayaan pada hari bersangkutan dan disebut proprium (Antifon Pembuka atau Lagu Pembuka untuk mengiringi perarakan masuk, Mazmur Tanggapan untuk menanggapi Sabda Allah yang telah dimaklumkan, Alleluia-Bait Pengantar Injil untuk menyiapkan diri mendengarkan pemakluman Injil, Antifon Komuni atau Lagu Komuni selama atau sesudah komuni, Nyanyian Persiapan Persembahan untuk mengiringi perarakan bahan-bahan persembahan dan Lagu Penutup untuk mengiringi perarakan kembali). Teks-teks ini sangat kaya dan berhubungan erat dengan tindakan liturgis, unsur-unsur liturgis, tema perayaan, masa liturgis serta bacaan-bacaan dalam perayaan liturgi. Suatu hal yang patut dipuji adalah kebiasan menyanyikan Mazmur Tanggapan dan Alleluia-Bait Pengantar Injil dengan teks yang bervariasi sesuai dengan hari atau pestanya. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah lagu yang sesuai dengan teks-teks antifon (Pembuka dan Komuni) yang sebenarnya sangat kaya dan bervariasi serta biblis.

Dalam hubungan dengan teks-teks liturgi, terutama yang harus atau boleh dinyanyikan, diharapkan agar susunannya tepat serta mudah dan indah kalau dinyanyikan. Dalam hal ini lagu melayani teks dan bukan sebaliknya. Baiklah kita waspadai nyanyian-nyanyian yang mengorbankan ketepatan dan kebenaran iman demi mempertahankan suatu melodi. Misalnya lagu Bapa Kami Filipina, demi penyesuaian dengan melodinya diubahlah rumusan “jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga” menjadi “jadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga”. Mengganti “seperti” dengan “dan” sebenarnya mengubah iman kita akan surga, bahwa di surga dan di bumi kehendak Tuhan tidak selalu terjadi. Padahal kita percaya bahwa kehendak Tuhan selalu terjadi di surga sedangkan di bumi tidak selalu terjadi karena ulah manusia yang suka melawan kehendak Tuhan, maka kita mohon agar kehendak Tuhan terjadi di bumi seperti di surga. Kalau prinsip “melodi melayani teks” diperhatikan, maka ketepatan dn kebenaran teks-teks liturgis juga dapat lebih dijamin.

Ditulis oleh: Romo Bernardus Boli Ujan SVD (Penulis adalah Sekretaris Eksekutif Komisi Liturgi KWI tahun 2002-2008)
Tulisan ini pernah dimuat sebagai artikel dalam Majalah Bulanan Kristiani INSPIRASI, Lentera Yang Membebaskan, No 24, Tahun II Agustus 2006, hlm 27-29.

Minggu, 08 Agustus 2010

RENCANA REKOLEKSI BAGI PARA PETUGAS LITURGI

Menurut rencana, akan diadakan Rekoleksi Satu Hari bagi para petugas dan pengurus liturgi (seksi liturgi lingkungan dan wilayah) serta para prodiakon pada Minggu 29 Agustus 2010 di Kompleks Sekolah Marsudirini Telaga Kahuripan. Rencana ini sudah diumumkan mulai Sabtu 7 Agustus dan Minggu 8 Agustus ini. Dengan adanya kegiatan tersebut, pertemuan rutin Paguyuban Dirigen dan Organis pada bulan ini diintegrasikan dengan kegiatan rekoleksi ini.

Minggu, 25 Juli 2010

PERTEMUAN PDO-BMV 25 JULI 2010

Pertemuan Paguyuban Dirigen & Organis Paroki BMV Katedral Bogor (PDO-BMV) pada hari Minggu 25 Juli 2010 diisi dengan pembekalan tentang bagaimana menyelenggarakan latihan koor secara efektif. Pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 25 orang yang mewakili beberapa kelompok koor: Korma IPB (5 orang), Santher (1), St Agnes Bojong Gede (1), Lay Force (1), Lingkungan BSI (1), Lingkungan Sindangbarang (3), Aeternum (1), AMDG Taman Cimanggu (1), St Matius Bogor Baru (1), WKRI&GP (3), SD Budi Mulia (1), Lingkungan Indraprasta Junior (1), Lingkungan Ciomas Permai (1), St Lucia (2) dan Wilayah St Andreas (1). Selain itu juga ada beberapa tokoh paduan suara yang lain. Dari para pembina dan pendamping hadir Bapak M. Agus Muhardi. Penyegaran, pembekalan dan pelatihan dipandu oleh Bapak Tarcisius Marhadi.

Pertama, Bapak Marhadi membahas Modal Seorang Dirigen yang meliputi Bakat (pendengaran, kepemimpinan dan kepekaan) dan Keahlian (teknik aba-aba, teknik vokal dan teori musi). Bakat sudah tertanam dalam diri dirigen, namun harus tetap diasah agar dapat berkembang dan berfungsi baik. Sedangkan keahlian dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja. Seorang dirigen yang baik biasanya pernah mengikuti atau menjadi anggota aktif sebuah paduan suara yang baik.

Kedua, Seorang dirigen harus menguasai dirinya sendiri dan menyadari batas kemampuannya. Ia harus menguasai nyanyian secara detail, menguasai kelemahan dan kekuatan paduan suaranya serta mampu bekerja sama dengan pengiring untuk mencapai harmonisasi suara. Intinya, seorang dirigen harus selalu menyiapkan dirinya dengan baik.

Ketiga, Dirigen harus menguasai jenis aba-aba seperti aba-aba pendahuluan, saat memulai nyanyian, selama membawakan nyanyian dan saat mengakhiri nyanyian. Aba-aba mengabdi kepada jiwa dari nyanyian. Ia harus juga menguasai birama dan tekanan ketukan agar dapat membawakan nyanyian dengan penuh penjiwaan.

Pertemuan ini dilanjutkan dengan belajar melatih lagu. Ada latihan ketepatan nada, latihan lagu AMBILLAH, TUHAN (PS. 382), TUHAN, TAK LAYAK AKU (PS. 418) dan KU PERCAYA ALLAH BAPA (PS. 583). Beberapa dirigen atau peserta, yaitu Ibu Caecilia dari Ciomas Permai, Bapak Winoto dari St Matius Bogor Baru dan Sdr Thomas Hargono dari Wilayah St Andreas, terlibat berlatih di depan peserta yang lain.

Tim Musik Liturgi juga mengapresiasi secara khusus kehadiran Ibu Hutabarat yang sudah sangat senior namun tetap mau belajar terus... Ini sungguh memberikan dorongan dan semangat kepada orang-orang mudah serta pengurus musik liturgi paroki. Semoga Ibu Hutabarat senantiasa dianugerahi rahmat kesehatan, kekuatan dan kebahagiaan dalam hidup dan pelayanannya.

Kamis, 22 Juli 2010

KEGIATAN PDO-BMV JUNI-JULI 2010

Pada bulan Juni 2010 yang lalu PDO-BMV tidak mengadakan acara pertemuan rutin di akhir bulan karena ada banyak dirigen dan organis yang sedang berlibur keluar kota sehubungan dengan adanya libur sekolah. Sub seksi koor dan musik liturgi memutuskan untuk menunda pertemuan tersebut dan memberi kesempatan kepada para dirigen dan organis untuk menikmati liburan mereka. Sementara itu, tugas-tugas koor di seluruh wilayah paroki Katedral Bogor berjalan baik karena Mbak Linda yang bertugas membuat jadwal petugas koor di Katedral sudah mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi di bulan Juni dan Juli.

Pertemuan dan pelatihan bagi Paguyuban Dirigen dan Organis Paroki Katedral untuk bulan Juli akan diselenggarakan pada Minggu 25 Juli 2010 pukul 11.00-13.00 di Ruang Seksi Gedung Paroki. Materi yang akan disajikan oleh Tim Liturgi di bawah bimbingan Bapak T. Marhadi meliputi bagaimana menyelenggarakan latihan koor secara efektif. Diharapkan para dirigen dan organis di seluruh wilayah Paroki BMV Katedral Bogor dapat hadir untuk berlatih bersama, sharing, mencari pemecahan atas masalah yang mereka hadapi dan sebagainya.

Jumat, 18 Juni 2010

KOOR BMV PAROKI KATEDRAL BOGOR - MISA TAHBISAN IMAM 2010

Bersamaan dengan penutupan Tahun Imam di Keuskupan Bogor, pada hari ini diselenggarakan Misa Tahbisan Imam di Katedral BMV Bogor. Misa tahbisan ini merupakan peristiwa yang sangat besar bagi umat Keuskupan Bogor. Ada delapan frater diakon yang ditahbiskan menjadi imam. Mereka terdiri dari 4 calon imam praja, 3 calon imam Kongregasi Santo Elias dan 1 calon dari Ordo Fransiskan (OFM). Misa dimulai pukul 16.00 dan dipimpin oleh Bapa Uskup Bogor Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM didampingi RD DS Tukiyo dan RP Yohanes Indrakusuma O.Carm. Koor BMV Paroki Katedral mengiringi misa dengan lagu-lagu liturgisnya, dipimpin oleh Bapak Tarcisius Marhadi.

Secara umum lagu-lagu yang digunakan dalam Misa Tahbisan Imam kali ini adalah:
  1. Pembuka : PS 682 "Panggilan Tuhan" dan lagu "Aku Abdi Tuhan"
  2. Kyrie : PS. 342 "Kyrie" (Misa de Angelis/Misa VIII)
  3. Gloria : PS 343 "Gloria" (Misa de Angelis/Misa VIII)
  4. Mazmur Tanggapan : PS. 827 "Pergi ke Seluruh Dunia..."
  5. Bait Pengantar Injil : PS. 952 "Alleluya"
  6. Doa Restu : Lagu "Terima Berkat Allah"
  7. Litani Para Kudus : PS. 128 "Litani"
  8. Persiapan Persembahan: PS. 378 "Ya Tuhan Allahku" dan PS. 382 "Ambillah, Tuhan"
  9. Sanctus : PS. 387 "Sanctus" (Misa de Angelis/Misa VIII)
  10. Pater Noster: PS. 402 "Pater Noster"
  11. Agnus Dei: PS. 408 "Agnus Dei" (Misa de Angelis/Misa VIII)
  12. Komuni : Lagu "Die Hummel Erzahlen"
  13. Madah Syukur : Lagu "Tahun Imam"
  14. Penutup : PS. 703 "Semua Kembang" dan PS. 695 "Aku Dengar Bisikan Suara-Mu"
Setelah misa selesai, semua anggota Koor BMV berbaur dengan umat yang lain untuk mengikuti acara ramah tamah dan santap malam di halaman Sekolah Budi Mulia.
Terima kasih kepada semua yang terlibat dalam tugas koor BMV ini. Tuhan memberkati.

Selasa, 01 Juni 2010

PERTEMUAN PDO-BMV MEI 2010

Pertemuan PDO-BMV bulan Mei ini bertema "Mazmur Tanggapan". Karena itu, para pemazmur juga diundang untuk belajar bersama.

Pertemuan dihadiri oleh 34 orang. Wakil-wakil kelompok koor yang hadir antara lain: St Lucia (4 orang), Koor Mahasiswa (3 orang), Dei Gloria (2), Deo Gratias (1), Wilayah St Petrus Sempak (2 orang), Lingkungan Bantarjati (1), Bogor Utara (1), Gratia Plena (1), Seksi Liturgi (2), St Cicilia (1), Exultate (4), Santa Theresia BRP (3), St Agnes Bojonggede (1), St Ignatius Bojonggede (2), St Benedictus BSI (3), St Stephanus Indraprasta (2), Wilayah St Andreas 1), Lay Force (1), St Ambrosius Bojonggede (1), St Yusup Bojonggede (1), Dirigen Umat (2), Ibu JFS Hutabarat (organis).

Ringkasan/Pokok-pokok Pembekalan:

PEDOMAN UMUM
  • Konsili Vatikan II menaruh perhatian besar terhadap Kitab Suci. Dalam setiap kegiatan liturgi, Kitab Suci diberi tempat dan peranan yang amat penting.
  • Bacaan-bacaan Kitab Suci (KS) dan Mazmur Tanggapan (MzT) merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda. Maka, keduanya tidak boleh dihilangkan atau dikurangi apalgi diganti dengan bacaan lain yang bukan dari Kitab Suci.
  • Para beriman perlu diajar dengan tekun bagaimana menangkap firman Allah yang berbicara lewat mazmur, kemudian mengolahnya menjadi doa Gereja.
  • Untuk menanggapi Sabda Tuhan, MzT disusun bukan dengan sembarang kata tetapi dengan kata-kata yang diambil dari KS, yang telah dipilih secara seksama oleh para ahli liturgi.
  • MzT merupakan doa teladan. Di satu pihak kita diajak untuk mengekspresikan perasaan kita dengan menyanyikan puisi yang indah. Di lain pihak kita dibantu menjadikan diri kita sebagai pemohon, pemuji, pendosa, dll...
  • MzT sudah mendarah daging dalam tradisi KS sejak Gereja Purba. Pada masa itu seorang pemazmur pilihan berdiri di anak tangga untuk mengangkat nyanyian yang kemudian disebut sebagai Graduale ini.
  • Ada dua cara menyanyikan MzT: dengan ayat ulangan (responsorial), atau tanpa ayat ulangan. Sedapat-dapatnya cara responsorial diutamakan.
  • Ayat-ayat MzT dapat didaraskan, meskipun ayat ulangannya dinyanyikan.
  • Dalam setiap kebudayaan segala sesuatu yang menolong umat menyanyikan MzT harus dimanfaatkan.
PETUNJUK PRAKTIS:
Bentuk Mazmur Tanggapan
Pada umumnya MzT yang ada dalam Buku Bacaan Ibadat berbentuk lagu berefren: satu refren dengan banyak ayat mazmur, dengan maksud antara lain:
  1. Refren dimaksudkan sebagai kunci penafsiran atau doa inti dari bacaan yang baru saja didengar.
  2. Pengulangan refren memungkinkan umat untuk ikut ambil bagian secara aktif, dan terlibat dalam pujian maupun permohonan, sebgai tanggapan terhadap firman Allah.
  3. Ayat/bait-bait bermaksud memperdalam amant pewartaan.
  4. Dialog antara pemazmur dengan umat (antara pewarta dengan penerima sabda) menggambarkan dialog antara Allah dan umat-Nya.
  5. Kalau dinyanyikan oleh paduan suara atau solis saja, harus memungkinkan umat memperoleh peresapan yang lebih mendalam atas amanat bacaan pertama lewat mendengarkan lagu meditatif.
Pemazmur:
Pemazmur memainkan peraranan kunci dalam membawakan MzT. Untuk itu dia harus menguasai teknik-teknik membawakannya, antara lain:
  • Refren: Pemazmur harus mampu mengangkat refren dengan mantab dan meyakinkan sehingga umat pun dapat serempak mengulanginya.
  • Ayat-ayat: Pemazmur mengungkapkan inti tanggapan kita terhadap sabda Allah. Maka ia harus membawakannya dengan tepat, mengalir, lancar, tidak patah-patah, artikulasi jelas. Ia harus tahu pemenggalan kalimat. Ia harus membuat jeda yang diciptakan melalui kerja sama dengan organis.

Penjiwaan:
Sebagai tanggapan atas Sabda Allah, MzT sangat bervariasi jiwa dan suasananya: gembira, pujian, syukur, gagah, agung, sedih, merana, merintih, tenang, damai, dll.
Semua ini harus mendapat perhatian dari sang pemazmur agar ia dapat membawakan ayat-ayat MzT dengan suasana dan penghayatan yang tepat.

Tip & Trik untuk Pemazmur:
SYARAT-SYARAT YANG HARUS DIPENUHI
  • Senang mendalami Kitab Suci
  • Memiliki semangat pewartaan
  • Kualitas suara yang baik/indah, tidak aneh; kalau bisa: merdu
  • Memiliki kemampuan menyanyi dengan menggunakan teknik yang baik.
  • Memiliki cita rasa yang baik dalam tatacara berdoa lewat musik.
  • Berpenampilan fisik yang wajar, tidak mempunyai hambatan dalam melaksanakan tugas sebagai Pemazmur

A. PERSIAPAN

1. Modal: harus mampu membaca notasi angka. Yang tidak bisa membaca notasi angka harus belajar dengan tekun. Belajar membaca not akan lebih baik daripada belajar dengan menghafalkan lagunya.
2. Memahami teks bacaan Kitab Suci: bacalah Bacaan KS yang akan dibacakan pada saat Anda bertugas nanti. Bacaan ini bisa Anda dapatkan dengan menggunakan Kalender Liturgi, Buku Bacaan Misa, dll. Tangkaplah inti dan pesan dari Bacaan tersebut.
3. Memahami teks Mazmur Tanggapan: bacalah Mazmur Tanggapannya; sekarang anda mengerti hubungan antara Bacaan dan Mazmur Tanggapan, dan bagaimana jiwa dari Mazmur Tanggapan tersebut.
4. Kebanggaan: Anda bersyukur dipilih menjadi seorang yang bertugas untuk menyampaikan Sabda Tuhan. Laksnakan tugas mulia ini sebaik-baiknya dengan penuh penghayatan sehingga mendapatkan keindahan dalam citarasa berdoa lewat musik.

B. BERLATIH:

1. Mengenal diri sendiri: Anda harus mengenal kemampuan diri Anda dengan baik: nada tertinggi/terendah apakah dapat Anda capai? Sejauh manakah nafas Anda dapat bertahan? Kelemahan dan kekuatan apakah yang Anda miliki?
2. Jadwal tugas: sedikitnya seminggu sebelum bertugas anda sudah tahu teks yang akan Anda pakai. Lakukan latihan dengan teks ini; buatlah phrasering dan pengaturan nafasnya; beri tanda seperlunya. Usahakan anda setengah hafat supaya menambah keyakinan dan rasa percaya diri sehingga nanti Anda bisa berkomunikasi pandang dengan umat.
3. Organis: adakan latihan bersama organis, bagaimana intronya, kecepatannya, jedanya, perlukah menaik/turunkan nada dasarnya?
4. Evaluasi: mintalah komentar/penilaian dari teman, dirigen atau pihak lain yang berkompeten. Terimalah kritik demi kemajuan Anda.

C. SAAT BERTUGAS:

1. Berdoa: mohon bimbingan Roh Kudus agar pantas mewartakan Sabda-Nya.
2. Percaya diri: Yakin Anda bisa. Rileks sebelum Anda menuju mimbar sabda. Ingat, Anda tidak sendirian, bahkan Roh Kudus membimbing Anda.
3. Berpenampilan pantas: wajar, tidak berlebihan, tidak mengundang komentar negatif dari umat.
4. Sound system: kenali dengan baik karakter dari mikropon, apakah Anda perlu merubah posisinya? Seberapa jauhkah jaraknya dengan Anda?
5. Intro: pada saat organis memaninkan intro, anda ikut melantunkan dalam hati atau bersuara sangat lirih. Ini akan meyakinkan ketepatan angkatan awal.
6. Starting: angkatlah refren dengan suara mantab dan meyakinkan sehingga umat menjadi tertarik untuk mengulangi dengan penuh semangat.
7. Komunikasi: anda adalah pewarta dan umat adalah penerima Sabda. Jangan selalu menunduk melihat ke buku, tetapi sekali-kali lakukan "sapuan pandangan", terutama pada awal dan akhir kalimat lagu.
8. Staging: Jaga keserasian tata gerak bersama lektor, misdinar, imam dll. Jangan meninggalkan mimbar sebelum tugas benar-benar selesai.

D. KESULITAN YANG SERING TERJADI:

1. Organ: Organ rusak mendadak, listrik mati, organis tidak datang, organis salah main, dsb. Maka anda harus sepenuhnya mengandalkan kemampuan Anda. Ingat jangkauan wilayah nada Anda. Bernyanyilah dengan lantang seperti saat Anda berlatih.
2. Konsentrasi: Anda bisa kehilangan konsentrasi sebelum atau saat Anda sedang bertugas. Biasanya ini akibat kurang latihan.
3. Beban: kurang mensyukuri bahwa ini adalah tugas mulia.
4. Menganggap sepele: anggapan bahwa mazmur itu hanya lagu selingan saja. Ini berbahaya dan dapat merusak suasana pewartaan sabda.

Kamis, 13 Mei 2010

PEMBERLAKUAN AKLAMASI CARA KE-4

Menurut rencana, Aklamasi Cara ke-4 di seluruh wilayah, lingkungan dan kelompok kategorial di Paroki BMV Katedral diberlakukan mulai 1 Mei 2010. Namun atas berbagai pertimbangan, pada pertemuan Dirigen dan Organis pada akhir April muncul usul untuk memulai pemberlakuannya pada minggu ke-3 bulan Mei.

Setelah melalui beberapa pertimbangan dan demi efektivitasnya, Aklamasi Cara ke-4 akan diterapkan mulai 1 Juni 2010.

Karena itu, kami menyarankan semua dirigen dan kelompok koor untuk melatih aklamasi-aklamasi di kelompok koor masing-masing secara lebih serius. Untuk para petugas koor mulai 1 Juni, kami mengharapkan agar sebelum Perayaan Ekaristi dimulai, petugas dirigen atau salah satu pengurus/anggota koor dapat melatih umat beberapa aklamasi yang akan digunakan dalam Perayaan Ekaristi.

Dalam pengamatan kami, masih banyak kelompok koor yang belum menguasai aklamasi-aklamasi yang seharusnya digunakan, bahkan sering terjadi bahwa imam menyanyikan jawaban-jawaban aklamasi sendiri. Kita berharap bahwa perhatian para dirigen dan petugas koor terhadap penggunaan aklamasi secara benar akan membuat Perayaan Ekaristi kita di Katedral dan seluruh kapel, gereja dan rumah-rumah tempat Ekaristi diadakan akan menjadi lebih agung, meriah dan sakral.

Selamat menggunakan Aklamasi Cara ke-4 mulai 1 Juni 2010.

Senin, 26 April 2010

PERTEMUAN PAGUYUBAN DIRIGEN & ORGANIS 25 APRIL 2010

Pertemuan Paguyuban Dirigen & Organis Paroki BMV Katedral (PDO-BMV) untuk bulan April diselenggarakan kemarin, Minggu 25 April 2010 pukul 11.00-13.00 di Ruang Seksi Gedung Paroki. Pertemuan dihadiri 20 orang yang merupakan wakil-wakil dari beberapa kelompok koor serta pendamping dari Dewan Pastoral Paroki. Para dirigen/organis dan wakil kelompok tersebut adalah: Koor Aeternum (1), Koor Lingkungan Sindangbarang (2), Koor Dei Gloria & Koor Deo Gratias (1), Koor Mahasiswa (1), Koor Indraprasta Junior (4), Koor St Lucia (2), Koor Lingkungan Cilebut-Bojonggede (1), Koor Exultate (1), Koor St Andreas (1), Koor BSI (2), Koor BMV (2), Ibu JFS Hutabarat.

Pertemuan bulan April ini membahas tiga hal pokok:
  • Evaluasi Umum tugas-tugas koor Pekan Suci 2010
  • Persiapan pembuatan buku bank lagu
  • Tips teknis pemilihan lagu untuk Perayaan Ekaristi.

Evaluasi Umum tugas-tugas Koor Pekan Suci 2010:
  • Komunikasi antara sebagian petugas koor dan seksi liturgi maupun pastor paroki kurang baik. Ini berakibat kurang lancarnya beberapa tugas baik Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah dan Minggu Paskah.
  • Ada banyak keluhan yang disampaikan umat kepada Seksi Liturgi bahwa beberapa kelompok koor tidak mempersiapkan lagu-lagu dan petugas pemazmur dengan baik. Ada juga kritik dari umat bahwa beberapa petugas koor terlalu fokus pada lagu komuni saja dan kurang memperhatikan bagian-bagian yang lain.
  • Kekurangan juga tampak pada masalah teknis yang sering terulang, yaitu kurang berfungsinya sound system secara optimal. Speaker tidak berfungsi dengan baik dalam beberapa kesempatan.

Persiapan Penyusunan Bank Lagu (oleh Bapak A. Bambang Koryanto:

Sampai sekarang baru ada sekitar 5 kelompok koor yang berpartisipasi mengirimkan teks-teks lagu untuk diseleksi. Koor-koor lain masih diundang untuk mengirimkan lagu-lagu. Lagu-lagu yang sudah ada di Puji Syukur dan Madah Bakti tidak perlu diusulkan lagi, kecuali jika ada aransemen baru yang tidak ada di dua buku resmi tersebut. Teks-teks yang diusulkan hendaknya teks-teks lagu yang selama ini telah menjadi kekayaan setiap kelompok koor dan dapat dibagikan untuk semua koor di Paroki Katedral. Pembuatan bank lagu ini dijadwalkan selesai untuk tahap pertama pada tahun ini. Pada minggu pertama bulan Mei nanti tim musik liturgi akan bertemu untuk membahas persiapan bank lagu ini secara lebih intensif.

Teknis Pemilihan Lagu untuk Tugas Koor
Peserta pertemuan membahas sebuah ilustrasi kasus & masalah berikut ini:

KASUS & MASALAH:

Menurut jadwal, kelompok Koor Lingkungan A akan bertugas pada hari Minggu Pentakosta 23 Mei 2010 pukul 9.00. Dirigen sudah mendapat SMS dari Seksi Liturgi tentang usulan lagu untuk hari itu. Dengan berbagai pertimbangan bahwa hari itu adalah hari raya, ia ingin membuat tugas koor lingkungannya sukses. Ia pun mengajak kelompok koor kategorial B untuk berkolaborasi membentuk Koor Gabungan... Berdasarkan kesepakatan dengan dirigen Koor B, ia pun menyipkan daftar lagu sebagai berikut:

  1. Lagu persiapan: “S’mua baik”
  2. Lagu Pembuka : PS. 565 Datanglah, ya Roh Pencipta
  3. Tuhan Kasihanilah Kami: PS. 351/Misa Kita II
  4. Kemuliaan : PS. 352/Misa Kita II
  5. Mazmur Tanggapan : MTA hal. 87-88/PS. 828 “Utuslah Roh-Mu, ya Tuhan”
  6. Bait Pengantar Injil : MTA hal. 87-88 / PS. 964 “Alleluya”
  7. Persiapan Persembahan : PS. 379 “Bapa di Surga, T’rimalah”
  8. Kudus : PS. 390/Misa Lauda Sion
  9. Bapa Kami : Bapa Kami (dari Kidung Syukur – KAJ)
  10. Anakdomba Allah: PS. 414/Misa Kita IV
  11. Komuni 1: PS. 571 “Ya Roh Kudus, Kunjungi Umat-Mu”
  12. Komuni 2: “Halleluia” (G.F. Handel)
  13. Komuni 3: PS. 566 “Veni Creator Spiritus”
  14. Penutup: MB. 455 “Jadilah Saksi Kristus”

Diskusikan dalam kelompok:

  1. Bagaimana pendapat Anda tentang usaha kolaborasi Koor A dan Koor B di atas?
  2. Apa komentar spontan Anda terhadap pilihan lagu-lagu Koor Lingkungan A di atas. Apakah ada yang membuat Anda bingung, bertanya-tanya, tidak setuju, memuji, terpesona, dll.?
  3. Menurut Anda, apa yang baik dan benar dari susunan lagu di atas?
  4. Hal-hal apa saja yang masih kurang benar atau masih perlu diperbaiki?
  5. Apa saja kesulitan Anda sebagai dirigen/organis dalam mempersiapkan lagu-lagu untuk sebuah tugas dalam Perayaan Ekaristi?
  6. Apa yang sebaiknya Seksi Liturgi dan Paguyuban Dirigen & Organis lakukan untuk dapat menolong sebagian dari anggota Paguyuban yang masih merasakan kesulitan dalam memilih lagu-lagu untuk sebuah tugas?

Hasil Diskusi:
  1. Kolaborasi atau kerja sama antara kelompok koor A dan B di atas sangat bagus. Koor-koor yang ingin bergabung dalam satu tugas perlu berlatih bersama.
  2. Pilihan lagu-lagu di atas memunculkan pertanyaan seperti: apakah boleh menyanyikan lagu-lagu sebelum perayaan ekaristi dimulai, apakah boleh memakai ordinarium yang berbeda-beda, apakah boleh menggunakan lagu Bapak Kami di luar Puji Syukur dan Madah Bakti, apakah pilihan lagu-lagu itu sudah tepat, dsb.
  3. Yang baik dan benar: sebagian lagu diambil dari Puji Syukur dan Madah Bakti.
  4. Yang kurang dan perlu diperbaiki: Harus ada lagu Madah Pentakosta sebelum Bait Pengantar Injil, Lagu Bapa Kami seharusnya menggunakan versi resmi Puji Syukur saja, Ordinarium sebaiknya sejenis agar tidak membingungkan umat, lagu Halleluia tidak tepat digunakan, lagu persiapan persembahan no. 379 terlalu pendek untuk misa besar seperti Pentakosta.
  5. Kesulitan para dirigen pada umumnya adalah mencari benang merah antara bacaan pertama, kedua dan injil.

Beberapa Penegasan (oleh Bapak T. Marhadi):
  • Dalam struktur misa, tidak ada yang disebut lagu persiapan. Sebelum misa dimulai, sebaiknya dimainkan iringan organ yang lembut yang dapat menciptakan suasana persiapan misa. Lagu yang dinyanyikan koor mengesankan adanya "show" atau pertunjukan.
  • Lagu ordinarium sebaiknya diambil dari satu tema yang sama (misalnya kalau Kyrie dari Misa Kita II, lagu yang lain seperti Gloria, Sanctus dan Agnus Dei juga dari Misa Kita II).
  • Lagu Mazmur Tanggapan PS. 828 dapat dinyanyikan oleh Koor saja dari mimbar koor (solis tidak perlu ke mimbar sabda). Lagu lain yang juga dapat dinyanyikan dari bangku koor misalnya "Berbahagialah".
  • Madah Pantekosta seharusnya dinyanyikan. Tempatnya ada sesudah bacaan kedua. Imam seyogyanya mendorong penggunaan nyanyian ini karena memang merupakan bagian dari liturgi resmi.
  • Lagu persiapan persembahan boleh dinyanyikan koor saja; lagu dapat disesuaikan dengan tema/bacaan kitab suci.
  • Benang merah antar bacaan dapat dilihat dengan menggunakan kalender liturgi resmi. Dari kalender itu kita bisa tahu apakah hari itu merupakan hari raya, apa warna liturginya, apa bacaannya, dan sebagainya. Kita juga bisa menggunakan buku Misa untuk mengetahui antifon-antifon yang ditulis di sana. Dari situ kita bisa mendapatkan petunjuk untuk mencari lagunya di Puji Syukur atau Madah Bakti.
  • Prefasi ditutup dengan lagu Kudus... Ketika imam menyanyi prefasi, organ tidak dibunyikan. Kudus seharusnya dinyanyikan dan tidak diselingi apa pun di antara ajakan imam dan lagu Kudus.
  • Lagu komuni bukan untuk show. Saat komuni adalah saat umat berjumpa dengan Tuhan dalam Sakramen Mahakudus.
  • Madah Syukur dinyanyikan sebagai bentuk syukur atas perayaan ekaristi... Lagunya dapat disesuaikan dengan tema. Dapat juga diganti dengan saat hening.

Pertemuan berikutnya akan diselenggarakan akhir Mei 2010.

Minggu, 04 April 2010

SELAMAT PASKAH 2010

Kami ingin mengucapkan SELAMAT PASKAH kepada:
  • Bapak Uskup Michael Cosmas Angkur OFM,
  • Pastor Paroki: RD Benyamin Sudarto,
  • para imam dan pastor, para frater, para bruder, para suster, para seminaris,
  • para pemimpin dan pengurus Dewan Pastoral Paroki, Dewan Keuangan Paroki,
  • Para Ketua Seksi,
  • Para Dirigen,
  • Para Pemazmur,
  • Para Organis
  • dan semua anggota koor/paduan suara di seluruh wilayah Paroki BMV Katedral Bogor.
Semoga semangat Paskah dapat mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas iman kita di Paroki sehingga iman kita dapat menjadi lebih hidup.

Sabtu, 03 April 2010

LITURGI (1)

Ini adalah komentar beberapa orang Katholik tentang LITURGI KATHOLIK (khususnya Perayaan Ekaristi atau Misa):
  1. Misa membosankan
  2. Lagu-lagu misa tidak menarik
  3. Khotbah membosankan
  4. Khotbah membuat ngantuk
  5. Lagu-lagunya kuno
  6. Tidak ada inovasi
... dan beribu komentar lainnya.

Karena itu, di banyak gereja muncul eksperimen-eksperimen atau mereka sebut sebagai inovasi atau reformasi atau pembaharuan. Lalu muncul fenomena baru... Misalnya:
  1. Lagu-lagu tidak lagi diambil dari buku-buku resmi seperti Puji Syukur atau Madah Bakti, melainkan dari karya mereka sendiri atau dari lagu-lagu pop rohani atau dari lagu-lagu milik gereja lain (non-Katholik).
  2. Alat-alat musik pun ditambahkan atau diganti: sekarang ada gitar, drum, piano, dan sebagainya.

Kalau kita amati, perubahan menonjol di banyak gereja memang lebih banyak kelihatan pada musiknya... pada lagu-lagu dan berbagai hal yang berhubungan dengan musik liturginya. Niat "baik" mereka pun mirip: ingin menciptakan misa yang meriah, yang hingar bingar, yang "modern", yang lagu-lagunya enak di telinga, yang bisa "menyentuh hati" dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu akhirnya membuat misa tidak lebih sebagai suatu kebaktian biasa... mirip dengan kebaktian-kebaktian yang dilakukan oleh gereja-gereja non-Katholik.

Orang-orang awam terbelah pemikirannya: ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Yang setuju mengatakan: "Ya... Gereja Katholik harus menyesuaikan diri dengan selera umatnya yang makin modern..." Yang tidak setuju berpendapat: "Liturgi adalah sesuatu yang tidak boleh diubah semau-maunya."

Apa yang dapat kita katakan tentang LITURGI KATHOLIK untuk menanggapi komentar itu? Ternyata tidak mudah menjelaskan persoalan ini. Bahkan kita masih sering menjumpai banyak imam atau pastor yang tidak dapat menjelaskan hal ini dengan baik... masih banyak imam atau pastor yang justru mengantar umatnya merayakan liturgi keluar dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam Gereja Katholik.

Namun yang pasti, sudah ada Pedoman Umum Misale Romawi, ada Konstitusi tentang Liturgi, ada dogma-dogma dan pedoman-pedoman lain yang dimiliki Gereja Katholik yang intinya ingin mengatakan bahwa LITURGI dalam GEREJA KATHOLIK bukan merupakan kebaktian biasa... LITURGI KATHOLIK adalah SUMBER DAN PUNCAK KEHIDUPAN GEREJA KATHOLIK. Dalam LITURGI KATHOLIK, yang berpuncak dalam PERAYAAN EKARISTI, Allah hadir...

Karena itu, Perayaan Ekaristi atau Misa adalah PERAYAAN KEHADIRAN ALLAH, bukan sekedar merayakan kehadiran umatNya. Kegiatan-kegiatan dalam liturgi, misalnya memilih dan menyanyikan lagu-lagu iringannya, adalah kegiatan-kegiatan untuk MENYENANGKAN ALLAH dan bukan menyenangkan hati umat. Karena itu, lagu-lagu liturgi harus bersumber dari ALKITAB dan sumber-sumber lain yang diakui Gereja. Warna musik pun harus secara khusus untuk kepentingan liturgi, bukan warna pop, dangdut, atau jazz yang berfungsi sebagai musik hiburan... Karena itu, seharusnya semua memahami bahwa lagu-lagu rohani yang pada umumnya hanya cocok untuk menghibur diri tidak boleh digunakan dalam Perayaan Ekaristi atau Misa.

Dalam Gereja Katholik, musik dan lagu-lagu Gregorian mendapat tempat yang paling tinggi dari semua jenis musik dan lagu. Kata-kata dalam lagu-lagu Gregorian pada umumnya dari Kitab Suci dan musiknya pun diciptakan secara khusus untuk kepentingan liturgi. Ribuan tahun musik itu sudah digunaan dan memang menjadi ciri khas Katholik. Seyogyanya semua paroki di seluruh dunia menaruh perhatian yang besar pada pengembangan musik Gregorian ini. Di bawah itu ada lagu-lagu polifoni kuno, polifoni modern, lagu-lagu inkulturasi dan lain-lain yang memang secara khusus dirancang untuk kepentingan liturgi dan kata-katanya bersumber dari Kitab Suci.

Semua koor di Paroki BMV Katedral Bogor diharapkan untuk memahami, memilih dan menyanyikan lagu-lagu liturgi yang sesuai demi lebih agungnya, lebih semaraknya dan lebih tinggi mutunya liturgi kita. Tuhan membimbing kita.

Kamis, 01 April 2010

PEKAN SUCI DI KATEDRAL BOGOR

Pekan Suci di Paroki BMV Katedral Bogor dipersiapkan dan dirayakan dengan sangat baik. Panitia Paskah dan Pekan Suci tahun ini adalah Kaum Muda Paroki BMV Katedral. Mereka menunjukkan komitmen dan kerja sama yang sangat bagus. Mereka mengadakan rapat-rapat, mempersiapkan keperluan-keperluan, menghubungi orang-orang dan pekerjaan-pekerjaan lain dengan pengorbanan luar biasa... Untuk ini kita para dirigen dan organis di Paroki BMV Katedral Bogor perlu mendukung mereka... Kita salut pada kegigihan mereka...

Untuk Pekan Suci tahun ini, para petugas koor di Katedral antara lain:
  • Minggu Palma : Pk. 9.00 St Caecilia
  • Kamis Putih: Pk. 17.00 Indraprasta; Pk. 20.00 Dei Gloria
  • Jumat Agung: Jalan Salib Pk 10.00 Exultate; Ibadat Pk 15.00 Aeternum; Pk.18.30 Koor BMV paroki
  • Sabtu Paskah: Pk. 17.00 St Lucia; Pk. 20.30 Cantate Domino
Di tengah-tengah persiapan dan pelaksanaan Pekan Suci ini ada berita duka:
Telah dipanggil ke pangkuan Bapa di Surga ibu dari Bapak Mikael Agus Muhardi pada hari Kamis 1 April pukul 00.30. Kita ikut berduka cita... semoga Bapak Agus dan keluarganya diberi ketabahan dan kekuatan oleh Tuhan, dan semoga jiwa yang dipanggil beristirahat dalam ketentraman abadi.

Selamat menyongsong Paskah. Tuhan memberkati.

Senin, 22 Maret 2010

PERSIAPAN PERAYAAN PEKAN SUCI

Sehubungan dengan kegiatan "Persiapan Perayaan Pekan Suci", yaitu Minggu 21 Maret, dan dimulainya Pekan Suci, yaitu pada Minggu Palma 28 Maret 2010, pertemuan rutin paguyuban dirigen dan organis di Paroki BMV Katedral untuk bulan Maret ini ditiadakan. Kegiatan anggota paguyuban diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan persiapan dan pelaksanaan perayaan pekan suci di kelompok paduan suara masing-masing. Pertemuan paguyuban berikutnya akan diadakan pada bulan April 2010.

Masih tentang kegiatan paguyuban, semua anggota paguyuban dimohon tetap aktif mengirimkan lagu-lagu lepas (di luar Puji Syukur dan Madah Bakti) yang akan dibukukan. Saat ini Pak Bambang Koryanto dan tim masih sedang bekerja untuk mengumpulkan teks-teks tersebut. Para anggota paguyuban juga diundang untuk terlibat, antara lain dengan membantu mengetik teks-teks yang selama ini kurang atau tidak jelas penulisannya. Mereka yang ingin berpartisipasi dapat berhubungan langsung dengan Bapak Bambang atau salah satu pengurus paguyuban.

Selamat mempersiapkan Perayaan-perayaan selama Pekan Suci. Tuhan memberkati.

Selasa, 16 Maret 2010

KOOR BMV PAROKI KATEDRAL BOGOR

Gagasan untuk memiliki sebuah koor paroki di Paroki BMV Katedral Bogor sudah lama ada. Pro-kontra mengiringi gagasan itu. Yang setuju berpendapat bahwa sebuah paroki selayaknya memiliki sebuah koor yang dapat mewakili semua kelompok koor yang ada, menjadi model atau contoh dan menjadi tempat berkumpulnya para anggota koor dari berbagai kelompok untuk belajar bersama dan akhirnya membawa ketrampilan dan pengetahuannya kepada kelompok koor masing-masing. Yang tidak setuju berpendapat bahwa sudah terbentuk cukup banyak kelompok koor di Katedral Bogor; yang diperlukan hanya memaksimalkan pembinaannya... selain itu ada kekawatiran bahwa keberadaan koor baru akan mematikan atau melemahkan koor-koor yang sudah ada.

Setelah muncul dalam rupa koor gabungan yang dirintis Bapak Thomas Sunarno sekitar tahun 1999-2003, lama kelamaan koor gabungan makin mewujud dalam kelompok yang diimpikan. Selama beberapa tahun, koor gabungan ini bertugas untuk peristiwa-peristiwa besar seperti Penutupan Sinode Keuskupan, tugas Misa Natal dan lain-lain. Pada tahun 2007 koor paroki mewakili koor-koor Katedral dalam Lomba Paduan Suara antar paroki tingkat keuskupan Bogor yang diselenggarakan di Katedral BMV Bogor. Dalam lomba itu koor Katedral Bogor tidak mendapatkan peringkat juara, namun kehadirannya sudah merupakan sinyal positif untuk pembentukan koor paroki yang lebih solid dan baik.

Dukungan Pastor Paroki, RD Benyamin Sudarto, serta Bapak Michael Agus Muhardi, ketua Seksi Liturgi, yang cukup besar akhirnya mampu melahirkan koor Paroki yang diberi nama Koor BMV (Beatae Mariae Virginis). Sejak Desember 2008, koor ini memiliki kepengurusan yang lebih lengkap. Sebagai ketua atau koordinator ditetapkan: Bp Thomas A. Sutadi (Exultate), dan wakil ketua: Ibu Monic (St Matius Bogor Baru). Untuk melatih koor BMV, Seksi Liturgi mempercayakan pada Bapak Tarcisius Marhadi. Beliau sekaligus menjadi dirigen dan kadang-kadang dibantu oleh Bp Thomas. Mbak Myrna dan Mbak Sheila dipercaya untuk mengiringi dengan organ untuk latihan dan tugas-tugas.

Koor BMV saat ini beranggotakan sekitar 35 orang; mereka berasal dari berbagai kelompok koor di Katedral BMV Bogor: St Caecilia, Exultate, St Lucia, St Gregorius, St Benedictus BSI, St Matius Bogor Baru, St Theresia Bogor Raya Permai, Wilayah Bojonggede, dan sebagainya. Latihan diadakan setiap Sabtu malam, pukul 20.30-22.00 (sesudah latihan Exultate) bertempat di Katedral BMV. Koor BMV masih mengundang siapa pun juga untuk terlibat dan bergabung. Semoga dengan partisipasi semua kelompok koor di Katedral Bogor, paroki kita memiliki koor yang dapat menjadi patokan dan tempat berlatih untuk semua... Ad maiorem Dei gloriam.

Senin, 01 Maret 2010

PERTEMUAN FEBRUARI 2010

Pada Minggu, 28 Februari 2010 pk 11.00-13.00 diadakan pertemuan PDO-BMV. Tema yang diangkat oleh Bapak T. Marhadi sebagai koordinator bidang pelatihan PDO-BMV adalah Persiapan Pekan Suci.

Secara umum dikatakan bahwa karena perayaan-perayaan liturgi selama pekan suci sudah menjadi rutin, ada kecenderungan untuk tidak terlalu serius mempersiapkannya. Padahal, perayaan pekan suci, yang berpuncak pada perayaan Paskah, merupakan inti dari iman Kristen. Dari peristiwa kebangkitan itulah iman Kristen berasal. Karena itu, musik liturgi pekan suci harus dipersiapkan dengan sangat serius. Dirigen, organis, pemazmur, semua anggota koor dan siapa pun yang terlibat dalam liturgi itu harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelumnya.

Di seluruh wilayah dan lingkungan Paroki Katedral sudah ada patokan-patokan yang wajib diikuti. Misalnya saja tentang nyanyian-nyanyian tanpa iringan alat musik (a capella), yaitu sesudah lagu Kemuliaan pada Kamis Putih sampai dengan sebelum Kemuliaan pada Malam Paskah. Ditiadakannya iringan alat musik ini memang merupakan tradisi Gereja... Gereja ingin menyatukan diri dengan sengsara Kristus.

Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 25 peserta. Yang menggembirakan adalah hadirnya lebih banyak anak muda dalam pertemuan ini. Kita tidak tahu apakah para dirigen yang lain dapat bergabung dalam pertemuan-pertemuan berikutnya. Kiranya baik kalau para dirigen yang sudah "senior" atau memandang dirinya "lebih" dapat membagikan ilmunya kepada yang muda-muda. Tentu sangat disayangkan bahwa banyak dirigen di Paroki Katedral yang tidak mau terlibat dalam paguyuban ini. Semoga di lain kesempatan mereka dapat bergabung dan memberikan apa yang terbaik untuk dapat mendukung kemajuan musik liturgi di Katedral BMV Bogor.

Kamis, 25 Februari 2010

MISA BERBAHASA LATIN

Informasi dari Ibu Lenny/Sekretariat Paroki


Just Info, Bagi teman-teman dan Romo yang tertarik untuk *misa latin*
bisa menggunakan salah satu Tata Perayaan Ekaristi berikut:

1. Ordo Misae 2002 (Misa Paulus VI) edisi terakhir oleh YP-II
http://bukumisa. co.cc/orandi/ ordo-misae- 2002/
http://katolik. online.tripod. com/Ordo_ misa_2002. pdf
nb: ini adalah bahan baku pembuatan TPE 2005 (TPE Indonesia)

2. Ordo Misae 1962 (Misa Tridentine, Pius V) edisi terakhir oleh Yoh. XXIII
http://bukumisa. co.cc/orandi/ ordo-misae- 1962/
http://katolik. online.tripod. com/Ordo_ misa_1962. pdf

Kalau ingin belajar misa tridentin lebih lanjut, DVD bisa dipesan di
situs http://bukumisa. co.cc/orandi/ training- tridentine/ (free untuk
romo2 yang berminat)

Tolong dibantu sebarin ke teman2 di komunitas lain dan romo yang dikenal
yah...

"Melalui Liturgi, Kristus Penebus dan Imam Agung kita melanjutkan karya
penebusan-Nya di dalam Gereja-Nya, bersama dia dan oleh dia." (KGK 1069)

[Non-text portions of this message have been removed]

Senin, 08 Februari 2010

RAPAT SEKSI LITURGI PAROKI: FEBRUARI 2010

RANGKUMAN RAPAT SEKSI LITURGI

Hari dan Jam : MINGGU 7 FEBRUARI 2010, Pukul 11.00-13.05

Tempat: RUANG SEKSI

Pimpinan Rapat: Ketua Seksi Liturgi

SEKSI LITURGI

1. Liturgi adalah ssuatu yang esensial. Liturgi adalah jantung Gereja. Liturgi adalah hidup Gereja. Menghancurkan liturgy berarti menghancurkan Gereja. Karena itu, semua petugas liturgy dan seluruh umat wajib untuk memelihara, menjaga dan menghidupkan liturgy secara benar.

2. Khusus untuk pertemuan-pertemuan dan pembekalan, seksi liturgy harus membuat jadwal yang pasti dan disosialisasikan kepada umat sejak sekarang. Ada usulan bahwa 15 menit pertama dalam Rapat Liturgi diisi dengan renungan.

3. Sebagian umat berkesan bahwa pelaksanaan TPE baru di Paroki Katedral kurang maksimal. Sebenarnya Seksi Liturgi telah berusaha keras supaya TPE dapat dilaksanakan dengan sempurna, namun kendala yang dihadapi juga banyak: kurang adanya komitmen sebagian petugas (termasuk imam) untuk membetulkan apa yang selama ini salah atau melatih sesuatu yang baru. Pelaksanaan TPE baru seharusnya menjadi tanggung jawab bersama.

4. Pembinaan tentang liturgy harus sampai pada tingkat bawah/lingkungan dan kategorial. Sehubungan dengan program paroki tahun 2010 yaitu rekatekisasi yang berfokus pada Sakramen, seksi liturgy lingkungan juga akan dilibatkan dalam program ini.

5. Data pengurus liturgy selayaknya dapat diketahui oleh umat dan pengurus/seksi liturgy tingkat lingkungan, wilayah dan kategorial.

6. Pertemuan-pertemuan rutin:

Forum Dirigen dan Organis: setiap minggu keempat dalam bulan

Pertemuan para Prodiakon: setiap minggu kelima dalam bulan

Pertemuan Lektor dan Misdinar: setiap minggu ketiga dalam bulan ganjil

7. Direncanakan untuk diadakan Seminar tentang Sakramen pada tanggal 11 April di Aula Regina Pacis.

TTK:

1. Mohon perhatian petugas TTK akan banyaknya anak yang berlari sesudah menerima berkat dari Imam. Kadang-kadang juga ada anak yang bermain lilin di depan patung Maria; ini mengganggu dan membahayakan.

2. Perlu adanya sosialisasi yang intensif tentang tugas dan wewenang TTK. Meskipun sudah ada pertemuan tahunan atau dua kali dalam setahun, pedoman tentang tugas dan wewenang perlu disosialisasikan secara lebih intensif: lewat pertemuan rutin dalam awal bulan dan lewat pendistribusian teks pedoman tersebut hingga tingkat lingkungan.

3. Sesuai pedoman, petugas TTK juga selayaknya menyambut umat di depan gereja sebelum perayaan ekaristi.

4. Dalam perayaan ekaristi, harus diusahakan untuk tidak menggunakan benda-benda atau kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu konsentrasi umat atau membuat keheningan dirusak. Jadi, tidak perlu ada screen untuk lagu-lagu. Tentang HP (handphone), tidak pas kalau Imam sendiri yang harus memberi tahu umat untuk tidak mengaktifkan handphone. Barangkali bias diumumkan oleh lector sebelum misa.

5. Pada tahun 2010 direncanakan ada pembekalan petugas TTK pada bulan Mei dan Oktober.

KOOR DAN MUSIK GEREJA

1. Sudah ada forum atau paguyuban dirigen dan organis. Paguyuban ini lahir atas kehendak para dirigen dan organis sendiri. Tetapi keterlibatan semua anggota juga belum maksimal. Diharapkan semua dirigen, dirigen pemula dan calon dirigen, para organis dan organis pemula terlibat di dalamnya. Lewat sharing, belajar dari yang lebih mampu, membagikan pengalaman dan kemampuan, berbagai kekurangan dalam koor dan musik liturgi di wilayah Paroki Katedral dapat diatasi.

2. Pertemuan paguyuban dirigen dan organis adalah pada setiap minggu keempat atau minggu terakhir dalam bulan.

3. Program kerja Subseksi Koor tahun 2010 adalah: pembuatan bank lagu dan penyelenggaraan seminar musik liturgi.

CATATAN dari DEWAN PASTORAL PAROKI

1. Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Seksi Liturgi dan sub seksi di bawahnya untuk melakukan sosialisasi secara intensif hingga tingkat lingkungan dan kelompok kategorial

2. Secara umum, kualitas pelayanan masih harus diperbaiki.